Penamanan ribuan bibit pohon di kawasan Dieng, Senin (21/11/2022).
Sumber :
  • Tim tvOne - Ronaldo Bramantyo

Alih Fungsi Hutan, Lahan di Kawasan Dieng Perlu Pemulihan dan Penanganan Serius

Senin, 21 November 2022 - 23:14 WIB

Wonosobo, Jawa Tengah – Akibat alih fungsi dari kawasan hutan menjadi lahan pertanian, menyebabkan sebagian besar lahan di Dataran Tinggi Dieng menjadi kritis. Fungsi hutan di kawasan Dieng pun mengalami kerusakan cukup parah, akar pohon keras yang  menjadi sarana pengikat tanah dan penyerapan air kini sudah mulai tergantikan.

Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat yakni potensi menimbulkan bencana alam seperti tanah longsor, banjir dan bencana kekeringan.

“Kita tahu sekarang kanan kiri perbukitan saat masuk Dieng sudah tergantikan dengan lahan pertanian,” ujar General Manager PT Geodipa Energy Unit I Dieng, Herdian Ardi Febrianto saat ditemui usai melakukan penanaman pohon di sumur produksi I di Desa Sikunang, Wonosobo, Kejajar, Senin (21/11/22).

Menurutnya dengan kondisi tanah perbukitan dengan kemiringan 70 persen yang kini makin masif digunakan untuk lahan pertanian akan mengancam berbagai persoalan di Dataran Tinggi Dieng.

"Dan saat ini yang menjadi masalah krusial di kawasan Dieng itu kan soal sumber air, longsor, banjir dan erosi tanah yang sering terjadi," jelasnya.

Fungsi utama konservasi di wilayah Dieng telah tergantikan. Pohon yang seharusnya menjadi penahan laju erosi, longsor, banjir telah banyak yang hilang. Sehingga  perlu penghijauan kembali lahan-lahan yang ada di Dataran Tinggi Dieng.

"Dan di bulan menamam pohon secara nasional inilah kita ingin mengajak masyarakat untuk kembali sadar tentang fungsi penting pohon untuk kehidupan," tuturnya.

Dengan mengembalikan fungsi hutan di kawasan Dieng menurutnya akan menjadi hal yang paling mendasar sebagai upaya penyelamatan kawasan tersebut. Mengingat dataran tinggi Dieng menjadi tempat bagi Tiga hulu sungai di Jawa Tengah. Mulai dari hulu sungai Bodri, Sungai Serayu dan Sungai Bogowonto.

Meskipun diakui jika GeoDipa salah satu usahanya untuk melakukan ekplorasi pada alam. Namun yang dilakukan menurutnya tidak banyak merusak alam. Sebab yang dilakukan itu dengan memanfaatkan energi baru terbarukan.

"Yang kita kelola itu uap dari hasil air yang dimasak di dalam tanah. Air yang keluar bersama uap itu kita kembalikan kepada tanah untuk di produksi kembali. Dan begitu seterusnya" ujarnya.

Meski membutuhkan air untuk memproduksi uap panas, pihaknya mengaku jika air yang dihasilkan itu berasal dari dalam tanah sejauh 3 kilometer. Air tersebut berasal dari banyaknya tanaman keras yang tumbuh di wilayah tersebut.

"Dan ditahun 2022 ini sedikitnya GeoDipa telah melakukan upaya konservasi di lahan seluas 6 hektar. Yang ditanami berbagai jenis tanaman keras," katanya.

Mulai dari penanaman kopi arabika yang sudah mencapai 1424 batang, Carica 5000 batang, Terong Belanda 5000 batang dan Cendani 3300 batang. Tanaman itu menurutnya bisa menggantikan fungsi dari tanaman semusim seperti kentang yang dianggap banyak menyebabkan kerusakan.

"Dan kita masih akan terus kita lakukan. Hari ini kita telah menambah tanaman kopi dan pohon puspa 2000 batang," katanya.

Ia menjelaskan jika semakin banyak pohon yang ditanam itu akan menjadi langkah nyata pemulihan kawasan Dieng.

"Agar tetap terawat dengan baik, kita libatkan warga di sekitar perusahaan untuk ikut terlibat dalam proses itu. Seperti pelibatan warga di Desa Sikunang ini," pungkasnya. (Rbo/Buz)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
05:21
02:44
09:37
02:52
04:28
07:37
Viral