- miftakhul erfan
Hari Wayang Nasional, Para Seniman Khawatir Wayang Mulai Ditinggalkan Oleh Generasi Muda
“Selain outing class, kita kenalkan wayang lewat medsos, ya Instagram, tik-tok juga Facebook, karena saat ini waktu mereka (anak muda) habis di sana,” ucap Joko.
Mungkin dari pemerintah daerah bisa membantu pengenalan wayang kepada masyarakat khususnya kalangan generasi muda dengan menjadikan wayang sebagai cinderamata, corak batik, hingga nama-nama tokoh pewayangan dijadikan nama jalan.
Joko mengaku, meski dirinya hidup dari hasil pembuatan kerajinan wayang dari limbah kayu, namun berkat keuletannya sejak tahun 2019, kini dirinya sudah memiliki enam pekerja yang membantu dalam proses pembuatan wayang dari limbah kayu.
Bahkan, saat ini pemasaran dari wayang limbah kayu ini sudah ke-15 negara baik di Asia, Eropa, Inggris, Turki dan masih banyak lagi. Rata-rata pembeli adalah delegasi dari negara tersebut, tak sedikit juga mereka yang melihat dari postingan di media sosial.
Untuk harga, Joko mengaku membandrol Rp15,000 untuk wayang kayu ukuran kecil (gantungan kunci), hingga enam juta rupiah untuk ukuran paling besar, tergantung kesulitan dan bentuknya.
“Harapannya para seniman adalah wayang warisan leluhur, haruslah dijaga dan terus dilestarikan bagaimanapun caranya. Sehingga wayang ini nantinya tidak akan punah ditelan perkembangan zaman atau malah diklaim milik negara lain,” tutup Joko. (men/far)