PMK meluas, 2084 sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku.
Sumber :
  • tim tvone - miftakhul erfan

Meluas, Lebih dari 2000 Sapi di Magetan Terjangkit Virus PMK, Sejumlah Peternak Obati Ternaknya dengan Racikan Jamu Buatan Sendiri

Rabu, 22 Juni 2022 - 16:02 WIB

Magetan, Jawa Timur - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Magetan terus meluas. Bahkan data terbaru dari Dinas Perikanan dan Peternakan setempat, Rabu (22/6) kasusnya sudah tembus 2084 sapi positif PMK, 14 ekor sapi mati, dan 4 ekor sapi lainnya disembelih paksa. Dari jumlah tersebut 988 ekor sapi dinyatakan sembuh. 

Budi Nur Rohman, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Magetan menyatakan, trend kasus PMK di Magetan memang masih meningkat. Trendnya dari wilayah atas (lereng Gunung Lawu) sebagai sentra peternakan sapi kini cenderung turun ke bawah (perkotaan). 

“Kasus terbaru sudah mencapai 2084 ekor sapi yang kasus positif, terus 988 sapi yang sudah sembuh serta 14 ekor mati dan 4 dipotong paksa. Kalau trennya di Magetan ini setelah selesai di daerah pegunungan menuju ke daerah bawah. Makanya pergerakan sebaran wabah ini mulai ke arah bawah,” kata Budi saat ditemui di kantornya. 

Sebagai upaya pencegahan penyebaran, dinas terkait kini mulai meningkatkan kewaspadaan dengan penyekatan pergerakan sapi di jalur perbatasan Madiun dan Magetan. 

“Jadi upaya kami masih sebatas pemeriksaan ketat di perbatasan, terus himbauan kepada para peternak untuk terus jaga kebersihan kandang, nutrisi makanan sama penyemprotan disinfektan,” imbuhnya. 

Menurut Budi, tren kenaikan kasus PMK ternyata juga dipengaruhi cuaca. Jadi ketika tingkat kelembapan tinggi, mendung dan curah hujan tinggi kasusnya juga bertambahnya, akan tetapi ketika cuaca panas, cerah, kasusnya stagnan atau tingkat penyebaran kecil. 

Warsito (58), salah satu peternak asal Desa Janggan, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan ini mengaku, dari total 15 ekor sapi miliknya, 14 diantaranya sudah terinfeksi penyakit mulut dan kuku. Bahkan, dirinya hanya mengandalkan obat racikan sendiri.

“Sapi saya ada 15, tapi 14 sudah seminggu sakit mulut dan kukunya ada luka. Kalau nggak segera diobati gitu kukunya sapi itu copot sendiri. Kalau di desa sini banyak mas, nggak terhitung soalnya rata-rata tiap rumah punya sapi,” ujar Warsito saat ditemui di kandangnya, Rabu pagi. 

Akibat kondisi ini, para peternak sapi di Kecamatan Poncol yang menjadi sentra peternakan sapi di Kabupaten Magetan mulai resah dan panik, lantaran kasusnya terus bertambah meski tak sedikit ada yang sembuh dan akhirnya dijual murah. 

“Ya karena panik banyak yang sudah dijual murah, karena banyak juga yang sakit terus mati gitu, harga biasanya 25 sampai 30 dijual 15 juta aja, gimana nggak rugi itu,” tambahnya. 

Tak adanya tanggapan atas kondisi hewan ternak mereka dari pemerintah setempat memaksa para peternak mengobati sapinya secara mandiri, yakni dengan obat-obatan seadanya dan juga racikan jamu alami dengan harapan kondisi sapi mereka bisa pulih dan nafsu makan kembali normal. 

“Kalau saya itu tak kasih ramuan sendiri mas, jadi saya kasih kunir sama bawang merah, bawang putih itu saya campur di makananya. Nah kalau kakinya itu saya semprot yang dipake formalin itu campur sama bensin, kadang oli, pokoknya apa aja biar kakinya itu sembuh. Lha mau gimana lagi, tanggapan dari pemerintah gak ada, dari desa juga gak ada, yang datang tanya atau gimana gitu,” pungkas Warsito. 

Meski Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Magetan terus berupaya melakukan pencegahan penyebaran wabah namun kurang maksimal.

Kondisi ini selain disebabkan terbatasnya tenaga lapangan dan dokter hewan yang dimiliki, pihaknya juga masih menunggu vaksin PMK yang masih dalam tahap pendataan tiap daerah dari propinsi Jatim. (men/gol/hen)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
04:59
09:59
01:27
10:31
01:01
30:44
Viral