- Antara/Kiky Firdaus
BNPB Sebut Longsor Natuna Paling Buruk Sepanjang Sejarah Longsor di Indonesia
Natuna, tvOnenews.com – BNPB menyebut longsor Natuna paling buruk sepanjang sejarah longsor di Indonesia.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan longsor Natuna paling buruk sepanjang sejarah longsor di Indonesia. Terutama dalam sisi korban jiwa.
Hingga tanggal 13 Maret 2023, longsor Natuna menyebabkan 50 orang meninggal, 46 orang ditemukan dan teridentifikasi serta 8 orang dilaporkan hilang.
"Kalau 54 orang ini memang asumsinya sudah meninggal semua karena sudah lewat 24 jam. Ini adalah salah satu, mungkin hingga saat ini, bencana longsor terburuk yang pernah terjadi dalam sisi korban jiwa dalam satu kejadian," ujar Abdul dikutip pada Selasa (14/3/2023).
Abdul menyebut pencarian korban terus dilanjutkan sambil menerapkan teknologi modifikasi cuaca di lokasi titik longsor, yakni Pulau Serasan.
BNPB sebut longsor Natuna paling buruk sepanjang sejarah longsor di Indonesia. Dok: Kurnia/tvOne
Dia mengatakan faktor utama bencana di Kepulauan Natuna justru didominasi potensi kebakaran hutan dan lahan. Akan tetapi, kejadian bencana hidrometeorologi basah menjadi cukup dominan.
Seperti tanggal 1-2 Maret 2023, tercatat curah hujan di Natuna hampir mencapai 1.000 mm.
"Ini sangat luar biasa sebenarnya. Ini hujan empat bulan, tumpah dalam satu hari. Sebenarnya dipengaruhi adanya pola sirkulasi siklonik yang disebut Borneo Vortex. Terjadinya jadi kayak sirkulasi untiran. Membawa akumulatif uap air dan awan hujan yang sangat tebal," jelas Abdul.
Menurut Abdul, fenomena tersebut menimbulkan hujan ekstrem sejak tanggal 26 Februari 2023.
Pulau Serasan bukan merupakan wilayah dengan potensi longsor tinggi meski di beberapa titik wilayah terdapat beberapa kondisi kemiringan tanah.
Selain itu, kondisi vegetasi masih rapat walaupun menurut masyarakat setempat sudah tidak ada pohon-pohon besar.
Hal yang mempengaruhi longsor, yakni tanah wilayah yang merupakan lempung. Sehingga, tanah porinya tidak besar membuat air hujan tidak bisa meresap sampai ke bagian dalam tanah.
Abdul berpendapat kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan pembenahan drainase permukaan seperti gorong-gorong.
Dengan demikian, air hujan yang datang seperti air bah dapat langsung mengalir tanpa menunggu air meresap ke dalam tanah. (ant/nsi)