Sultan HB 10 dalam agenda Welcoming Third G20 Sherpa Meeting digelar di Yogyakarta (27/9/2022)..
Sumber :
  • Tim tvOne - Nuryanto

Peserta Third G20 Sherpa Meeting di Yogyakarta Disambut Tradisi Uyon-uyon dan Pementasa Beksan Punggawa

Rabu, 28 September 2022 - 08:41 WIB

Yogyakarta, DIY – Para peserta Third G20 Sherpa Meeting bertemu Raja sekaligus Gubermur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Srimanganti, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta. Uniknya pada agenda Welcoming Reception of Third G20 Sherpa Meeting tersebut, para hadirin dan tamu undangan menikmati jamuan makan malam bersama Sri Sultan, diiringi dengan uyon-uyon dari Kanca Wiyaga. Selain itu, disuguhkan pula pementasan Beksan Punggawa usai berlangsungnya jamuan makan malam.

Adapun Beksan Punggawa merupakan beksan kakung (tari putra) Yasan Dalem (karya) kelima Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Tarian bernuansa kisah Panji ini pertama kali dipentaskan pada pergelaran Uyon-Uyon Hadiluhung Selasa Wage 19 September 2022 untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10.

Beksan Punggawa sendiri mengisahkan peperangan antara Raden Jaya Wiruta dan Kiai Patih Jaya Surangga. Babak tersebut diambil dari naskah Wayang Gedhog manuskrip Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit” yang ditulis pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).

Naskah tersebut tersimpan dalam koleksi British Library bernomor MS Jav 4 dan berangka tahun 1782 yang mana kemudian disalin kembali pada tahun 1804. Berbagai kisah Panji, termasuk pertempurannya, dimuat dalam naskah tersebut. Selanjutnya, kisah-kisah Panji tersebut diperinci kembali dalam naskah yang berjudul Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Kuda Gadhingan” pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) dan menjadi koleksi Kagungan Dalem Kapustakan Widyabudaya bernomor W.8/B.26 dengan angka tahun 1847.

Kata punggawa berarti prajurit, hal ini berkaitan dengan kisah Raden Jaya Wiruta sebagai senapati dari Kerajaan Kediri, sementara Kiai Patih Jaya Surangga sebagai patih dari Kerajaan Parangkencana. Peperangan antara keduanya bermuara dari penolakan Dewi Sekartaji yaitu istri Panji Asmarabangun/ ibu Panji Laleyan dari Kediri untuk menikah dengan raja dari Parangkencana, yaitu Prabu Dasakusuma. 

Oleh sebab itu, raja dari masing-masing kerajaan memerintahkan senapati dan patihnya untuk berperang. Peperangan tersebut kemudian dimenangkan oleh Raden Jaya Wiruta.

Sri Sultan menyampaikan, masyhur sebagai jantung peradaban budaya Jawa, yang mana 40,22% dari penduduk Indonesia bersuku Jawa, warisan seni budaya masih dapat disaksikan di monumen dan artefak peradaban seperti candi, istana, dan museum yang tersebar di Yogyakarta. Tidak hanya itu, living tradition dan atraksi budaya maupun berbagai produk budaya lain pun masih mudah ditemui di tengah masyarakat.

Berita Terkait :
1
2 3 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:31
02:44
03:34
06:26
09:41
20:11
Viral