Dolar melemah saat Ketua Fed mempertahankan pesan "dovish".
Sumber :
  • ANTARA

Rupiah Kamis Pagi Anjlok 15 Poin

Kamis, 15 Juli 2021 - 10:02 WIB

Jakarta, 15/7 - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, melemah 15 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.495 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.

Dolar melemah saat Ketua Fed mempertahankan pesan "dovish"

Sementara itu, Dolar memangkas kenaikan baru-baru ini pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada Kongres bahwa ekonomi AS "masih jauh" dari level yang ingin dilihat bank sentral sebelum mengurangi dukungan moneternya.

Komentarnya muncul ketika sebuah laporan menunjukkan harga produsen AS naik lebih besar dari yang diperkirakan, membukukan kenaikan tahunan terbesar mereka dalam lebih dari 10,5 tahun. Sehari sebelumnya, data menunjukkan inflasi AS pada Juni mencapai level tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.

Inflasi yang kuat telah mengangkat greenback ke level tertinggi tiga bulan, karena fokus dipertajam ketika bank sentral di seluruh dunia akan mulai menarik stimulus era pandemi. Fokus itu meningkat pada Rabu (14/7/2021) setelah bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand, mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi, meningkatkan ekspektasi dapat menaikkan suku bunga segera setelah Agustus.

Bank sentral Kanada, Bank of Canada, mengatakan akan memangkas pembelian obligasi mingguan menjadi dua miliar dolar Kanada (1,6 miliar dolar AS) dari tiga miliar dolar Kanada. Tetapi Powell, pada awal kesaksiannya selama dua hari di depan Kongres, mengatakan The Fed teguh pada keyakinannya bahwa kenaikan harga-harga saat ini terkait dengan pembukaan kembali ekonomi dan bersifat sementara. "Powell mempertahankan pesan dovish, semacam mendorong kembali kekhawatiran bahwa dia akan mengubah nadanya, atau pendekatan yang lebih sabar yang dia bicarakan, setelah rilis inflasi di atas ekspektasi," kata Marvin Loh, ahli strategi pasar global senior di State Street.

“Mereka masih berada di jalur ini untuk secara perlahan mengurangi pembelian aset bahkan sebelum mereka mulai mempertimbangkan kenaikan suku bunga, jadi kami masih beberapa tahun lagi dari pengetatan itu berdasarkan semua yang kami dengar hari ini,” katanya.

Berita Terkait :
1
2 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
00:49
01:46
04:06
01:58
01:04
09:13
Viral