Gambar Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO

G20 Perkuat Kerja Sama Perubahan Iklim

Jumat, 1 Juli 2022 - 14:54 WIB

Untuk itu, S20 mendorong forum G20 memperkuat kerja sama dalam rangka menciptakan kualitas udara bersih. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dinilai tak bisa dikerdilkan. Sebab untuk membuat kebijakan yang efektif, dibutuhkan penyesuaian yang tidak saja matang secara kuantitatif.

Wakil Presiden Asia Timur, Asia Tenggara, dan Asia Pasifik dari Bank Pembangunan Asia (ADB) Ahmed M. Saeed menuturkan, wilayah Asia Pasifik menjadi yang paling rentan secara global terhadap perubahan iklim, dengan lebih dari 60% populasi bekerja di sektor-sektor yang paling berisiko terkena dampak perubahan iklim.

Selain itu, kawasan tersebut menghasilkan lebih dari 50% emisi gas rumah kaca global. Oleh karena itu, hasil dari pertempuran melawan perubahan iklim sangat dipengaruhi pada tindakan Asia. Wilayah tersebut memiliki polusi udara yang parah dan telah mengakibatkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan dan ekonomi.

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), empat miliar orang, atau 92% dari penduduk di Asia dan Pasifik terpapar pada tingkat polusi udara yang membahayakan kesehatan. G20 di bawah kepresidenan Indonesia diharapkan bisa mengembangkan rencana aksi yang nyata.

Sebab, kata Saeed, tindakan nyata untuk mengatasi perubahan iklim dan polusi udara dapat memberikan manfaat bersama yang signifikan untuk membantu negara memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan. Dia menilai, intuk mencapai tujuan Paris Agreement, pengurangan emisi karbon dioksida saja tidak akan cukup. "Polutan iklim berumur pendek yang dikenal seperti metana, ozon troposfer dan karbon hitam, komponen partikel dapat menyebabkan pemanasan iklim juga. Dalam beberapa kasus, lebih parah daripada gas rumah kaca. Karenanya, tindakan untuk mengurangi polutan udara ini sama pentingnya dengan tindakan untuk mengurangi gas rumah kaca yang lebih umum dikenal" kata Saeed.

Menurut analisis International Energy Agency (Badan Energi Internasional), bila janji dan komitmen yang dibuat pemerintah dalam COP26 dipenuhi sepenuhnya dan tepat waktu, maka akan ada kenaikan suhu global menjadi 1,8 derajat celsius, lebih tinggi dari yang ditargetkan, yakni 1,5 derajat celcius. "Artinya, kita harus mengambil tindakan yang lebih ambisius. Kita harus bergerak segera dan kita harus bergerak melampaui komitmen resmi. Mengurangi polusi udara perlu menjadi bagian penting dari langkah-langkah mendesak untuk menyelamatkan planet kita,"  kata Saeed.

Sementara itu Direktur Eksekutif Clean Air Asia Bjarne Pedersen mengungkapkan, mayoritas kota-kota di wilayah Asia tidak mengarusutamakan masalah kualitas udara dalam pembangunan. Padahal langkah tersebut diperlukan untuk mencegah dampak yang lebih buruk dari polusi udara di masa mendatang.

Berita Terkait :
1
2
3 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:22
02:06
01:38
02:44
02:07
01:01
Viral