- tim tvone - miftakhul erfan
Ngabuburit, Anak-anak Kampung di Ngawi Bermain Tradisi Perang Meriam Bambu, Menunggu Waktu Buka Puasa
Ngawi, tvOnenews.com - Seakan tak ingin nuansa Ramadhan terasa sepi, sekelompok anak di Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, mengisi waktu untuk berbuka puasa dengan bermain tradisi perang meriam bambu.
Terdapat puluhan batang meriam bambu yang dimainkan di dekat persawahan desa setempat. Untuk menuju lokasi, mereka harus mengangkut puluhan meriam bambu tersebut menggunakan gerobak mini secara beramai-ramai.
Salah satu peserta, Rafael Saputra Graha (12) mengaku tradisi perang meriam bambu ini rutin dilakukan setiap bulan puasa Ramadhan.
“Dilakukan setiap sore hari sambil menunggu waktu berbuka puasa,” kata Rafael sambil memainkan meriam bambu.
“Ini anak-anak main meriam bambu, sambil ngabuburit nunggu waktu berbuka. Senang sekali karena suaranya kencang anak-anak pasti sorak-sorai jadi lupa tidak jadi lapar,” imbuhnya.
Setelah tiba di lokasi yang sudah ditentukan, masing-masing anak memegang meriam bambu miliknya untuk dibunyikan secara bergantian. Dalam permainan ini mereka dibagi menjadi dua kelompok di sisi pinggir jalan kanan dan kiri jalan.
Mereka mencari tempat sesuai keinginan namun tetap menjaga jarak agar tetap aman. Ketika semua meriam bambu sudah dibunyikan secara bergantian, suasana akan menjadi meriah apalagi ada meriam milik salah satu peserta yang tidak bunyi.
Suara ledakan dari meriam bambu terdengar bersahutan dan disambut suara sorak sorai rekannya. Semakin keras suara ledakan yang keluar dari lobang meriam bambu, maka anak-anak akan semakin bersorak kegirangan.
Muhammad Riyadus Sholihin, warga setempat sekaligus yang mengawasi permainan anak-anak mengatakan kegiatan ini akan terus dilakukan setiap bulan Ramadhan. Selain menjaga tradisi juga bertujuan untuk mengurangi aktivitas anak-anak bermain gadget.
“Jadi kegiatan ini setiap bulan puasa Ramadhan, anak-anak saya kumpulkan saya ajak kesini untuk bermain meriam bamboo,” ujar Muhammad Riyadus.
Meski permainan ini menggunakan bahan dasar karbit yang bisa meledak, namun Muhammad Riyadus menjamin permainan ini aman. Selain antar pemain diberi jarak, saat menyalakan meriam juga diatur bergantian, jadi aman bagi anak-anak.
“Tujuan saya mengajak anak bermain meriam bambu ini adalah untuk tetap melestarikan permainan tradisional, juga melatih anak untuk bisa mengurangi aktivitas bermain gadget, handhone, internet, sehingga mereka bisa lebih mengenal permainan tempo dulu,” pungkasnya.
Setelah tiba saatnya waktu berbuka puasa, anak-anak itu pun langsung kembali pulang ke rumah masing-masing. Peralatan meriam bambu tersebut dibawa dan dikembalikan lagi ke gudang untuk bisa dimainkan lagi esok hari. (men/hen)