Ilustrasi - Masjid.
Sumber :
  • Tim tvOne

Banyak Ibadah Tapi Masuk Neraka

Selasa, 22 Februari 2022 - 14:07 WIB

Ada sebuah ungkapan indah yang menggambarkan kondisi umat muslim yang seperti ini. Ungkapan tersebut datang dari Ibnu Al-Jauzi: “Hati yang jernih akan bergemuruh saat terjadi kemaksiatan, namun tatkala kemaksiatan itu berkelanjutan, ia tidak lagi mengingkarinya. Ia membenci kesalahan karena asing baginya, namun ketika telah terbiasa, ia pun tidak lari darinya. Seperti orang yang memakai pakaian hitam, tidak akan cemas jika tinta menodainya.”

Menyedihkan memang. Hati kita sudah tidak lagi jernih. Terlalu sering melakukan sampai-sampai merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang wajar. Akibatnya, kebiasaan ini menjelma sebagai suatu “budaya” yang terus lestari. Sebuah budaya yang kita enggan “lari” darinya.

Namun hal tersebut bukan puncak kemirisan. Yang lebih menyedihkan adalah fakta bahwasanya hal-hal buruk tersebut dilakukan oleh kita. Ya, kita yang selalu bersemangat kala shalat ied, yang selalu mendengar adzan lima kali sehari, melantunkan ayat suci setiap hari, yang ucapannya tak luput dari gema tasbih, tahmid, serta takbir, dan oleh kita yang kemana-mana menggunakan gamis putih, mengenakan peci, dan membawa tasbih, meski tak semuanya.

Duhai, jikalau Rasulullah Saw melihat kondisi kita saat ini, mestilah dia menangis tersedu-sedu. Umat Muslim Indonesia yang menyandang gelar sebagai negara dengan umat Muslim terbanyak di muka bumi ternyata tak sesuai kaprah. Kini sesama manusia disakiti. Agama sekadar dijalankan ibadah dan rituanya saja. Lantunan ayat suci hanya sampai tenggorokannya tanpa ada secuil pun yang merasuk dalam qalbu.

Sungguh bencana. Kita seolah lupa pada sabda nabi: “Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (HR. Muslim No. 4678).

Orang-orang tipikal di atas disebut muflis, yakni orang-orang yang bangkrut atau rugi. Mereka rugi karena pahala mereka selama hidup di dunia dipaksa diberikan kepada orang lain saat masa perhitungan di akhirat kelak.Orang lain yang dimaksud disini adalah orang-orang tersakiti oleh perbuatan mereka selama di dunia.

Hal tersebut bisa terjadi karena golongan tipikal ini sangatlah rajin beribadah tanpa absen sekalipun. Akan tetapi, perbuatan baik ini hanya dilakukan pada Allah saja, bukan pada sesama manusia. Mereka malah sering berlaku dzhalim pada orang lain. Oleh karenanya, di akhirat kelak mereka tidak memiliki amalan pahala karena pahala tersebut “dibayarkan” pada orang yang mereka sakiti. 

Berita Terkait :
1
2
3 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
15:34
06:55
12:57
01:51
06:48
09:30
Viral