Ngawi - Sri Hartuti (42) warga Dusun Suren, Desa Pandean, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur merupakan seorang guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Pandean. Meski dari tangan Sri bisa melahirkan putra putri bangsa yang cerdas, namun kehidupannya sehari-hari justru jauh dari layak.
Sri tinggal di sebuah rumah reot yang terbuat dari anyaman bambu bersama suami dan ketiga anaknya yang masih kecil. Bahkan yang lebih memprihatinkan, rumah mereka masih menumpang di lahan milik Perhutani. Rumah bambu tersebut berdiri satu atap dengan kandang kambing peliharaan mereka.
Setiap hari, sri dan keluarga terbiasa mencium bau kambing peliharaannya. Tak hanya itu, mereka juga selalu diliputi rasa khawatir apabila terjadi hujan deras maupun angin kencang.
"Yang paling dikhawatirkan itu kalau pas hujan angin mas, terpaksa ini atasnya tempat tidur dikasih terpal biar tidak kena air hujan, kasihan anak-anak," ujar Sri.
Sri dan suami berkeinginan kuat untuk dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang tua. Walaupun Sri hanya mendapatkan honor dari mengajar sebesar Rp300 ribu per bulan, mereka mampu menjalani hidup di rumah ini selama 4 tahun terakhir.
"Mengajar dari tahun 2007 sampai sekarang, awalnya saya hanya ingin mengabdi mengajar anak-anak meskipun tak digaji tak apa. Setahun kemudian perbulan dapat 50 ribu, 100 ribu hingga sekarang Alhamdulilah dapat 300 ribu perbulan. Kalau untuk kebutuhan hidup ya gak cukup tapi bapaknya kan kerja serabutan bisa untuk makan," terang Sri di sela-sela aktivitasnya memasak Sabtu (23/10/2021).
Dengan pekerjaan sebagai guru honorer yang dibayar Rp300 ribu per bulan, Sri mengaku hanya cukup untuk transportasi setiap hari dan juga biaya sekolah anak. Terlebih sang suami, Anggi Nugroho bekerja serabutan dan hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Mengenai kambing peliharaan, Sri mengaku itu merupakan tabungannya. Jika Sri memiliki kebutuhan mendesak, dirinya masih memiliki kambing yang bisa dijual.
Di hadapan teman-temannya sesama guru SDN 4 Pandean, Sri tak pernah berkeluh kesah atas kehidupanya. Sri hanya berharap suatu saat nanti dirinya bisa memiliki rumah yang layak dan diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Rekan-rekan Sri sesama guru tak henti-hentinya mengalir. Mereka berempati atas kehidupan yang dijalani Sri. Menurut Sri, sambil menangis rekan-rekannya mendoakan agar dirinya dapat lolos dan masuk seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahun 2021.
"Pernah sekali datang ke rumahnya saat ibu Sri melahirkan, semua meneteskan air mata, tidak bisa membayangkan bagaimana kalau terjadi hujan angin, bagaimana kondisi rumahnya. Lantas ibu-ibu ya memberikan saran agar anak-anak tidurnya di atas, khawatir kalau ada ular atau hewan beracun," kata Supatmi rekan guru Sri di SDN 4 Pandean. (Miftakhul Erfan/prs)
Load more