Listyo Sigit Prabowo

Kita kini makin sering mendengar berita baik dari Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Terbaru Korps Bhayangkara disebut sebuah survei meraih kepercayaan publik tertinggi dalam sejarah kepolisian, yakni 76,4 persen. 

Indikator Politik, lembaga yang mengeluarkan sigi, menyebut tren kepercayaan terhadap polisi bahkan lebih baik dari Komisi Pemberantasan Korupsi dan hanya kalah jika dibandingkan dengan lembaga kepresidenan dan TNI. Pendeknya, bagi lembaga-lembaga penegak hukum, capaian kinerja polri termasuk yang paling baik saat ini.

Banyak pihak menyatakan, tranformasi, perubahan ke arah yang lebih baik, di jajaran kepolisian kini sangat kentara dan mencapai prestasi puncaknya di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Ini bisa dipahami karena secara teori kepemimpinan, transformasi memang hanya bisa dilakukan apabila orang nomor satu pada organisasi itulah yang menghendaki transformasi  dan memimpin sendiri prosesnya.

Dari sejarah politik Indonesia misalnya,  kita tahu kegagalan mengubah wajah partai politik jadi lebih bersih karena tak ada dukungan total dari orang nomor satu di organisasi politik tersebut. Atau, misalnya, transformasi di tubuh KPK kerap mengalami kegagalan karena tak ada dukungan kepemimpinan yang kokoh, mengakar ke bawah menjaga proses perubahan terus menerus. Pada akhirnya, ide ide perbaikan, perubahan mudah layu sebelum berkembang.

Apalagi, proses transformasi memang tak mudah. Ia harus membangun dan menjebol, bahkan kerap memakan anak kandungnya sendiri.