Jakarta, tvonenews.com - Konflik warga dan perusahaan perkebunan sawit kembali terjadi, kali ini di Seruyan, Kalimantan Tengah. Ribuan warga Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan menuntut diberikannya lahan plasma dari perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Haparan Masawit Bangun Persada I (PT. HMBP).
Unjuk rasa yang terjadi sejak tanggal 16 September 2023, akhirnya pecah menjadi kericuhan pada, Kamis (21/9/2023), sekitar pukul 15.30 WIB.
Kapolres Seruyan, AKBP Ampi Mesias Von Bulow, menyebutkan, aksi unjuk rasa yang berujung anarkis ini awalnya hanya sebuah aksi demo damai biasa.
Massa menuntut agar perusahaan tersebut segera merealisasikan janji mereka untuk menyediakan lahan plasma bagi warga Desa Bangkal, yang kabarnya sudah dijanjikan sejak tahun 2013 lalu.
"Sebelum kejadian, kami selaku aparat keamanan sebenarnya saat itu tengah memfasilitasi pertemuan perwakilan warga sebanyak 6 orang, diantaranya Ibu Plt. Kades, ketua DAD dan tokoh masyarakat, dengan pihak perusahaan. Mereka yang meminta untuk bertemu," terang Kapolres.
Namun sebelum pertemuan berlangsung, tiba-tiba ada sebuah kendaraan pick up yang mengangkut sejumlah massa, melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arah pabrik.
Aksi nekad oknum warga yang mengedarai mobil pick up tersebut, langsung dihadang oleh aparat yang berjaga disekitar pabrik, karena kuat diduga jika oknum warga tersebut hendak membuat keributan di sekitar areal pabrik.
"Aparat kami yang berjaga langsung melepaskan tembakan gas air mata ke arah mobil pick up tersebut untuk menghalaunya agar tidak memasuki areal pabrik. Mobil tersebut, akhirnya balik kanan," ungkapnya.
Selanjutnya pihak aparat langsung melakukan penguatan dengan mendatangkan banyak pasukan, untuk mengamankan lingkungan kantor dan pabrik.
Rupanya tindakan aparat ini memancing amarah peserta aksi demo lainnya yang menunggu di luar perusahaan. Massa kemudian bergerak melakukan perusakan pos jaga serta kantor yang berada di bagian depan perusahaan, serta membakarnya.
Aksi anarkis ini terus berlanjut hingga malam hari, dan mengakibatkan sejumlah rumah karyawan dan rumah-rumah dinas guru yang mengajar di sekolahan yang dibangun pihak perusahaan, akhirnya turut dibakar.
Dalam unjuk rasa itu, warga minta agar kawasan hutan seluas 1.175 hektar yang ada di sekitar areal perusahaan agar diserahkan kepada warga untuk dikelola. Sedangkan lahan yang ada di sebelah kiri dan kanan menuju perusahaan sepanjang 500 meter, supaya diserahkan kepada pihak pemerintah desa Bangkal untuk mengelolanya.
Hal ini merujuk pada kesepakatan yang pernah dibuat pada 2013 lalu. Berdasarkan sebuah dokumen yang berisi kesepakatan antara pihak perusahaan dengan pihak warga Desa Bangkal tahun 2013 yang beredar, di dalamnya berisi beberapa poin kesepakatan yang diantaranya mengenai janji perusahaan PT.HMBP yang akan membangun kebun plasma untuk warga.
Dalam dokumen yang nampak ditandatangani pihak perusahaan yang diwakili Direktur Legal Best Agro Internasional (induk perusahaan PT. HMBP), HM. Wahyu Bima Dharta, General Manager, Paris Nasution dan RO Regional Office, M. Arief Setiawan.
Ada beberapa poin kesepakatan yang tertulis, diantaranya tentang penyediaan lahan plasma yang paling lambat dibangun pada awal Januari 2014. Kemudian setiap KK akan mendapat jatah lahan plasma masing-masing seluas dua hektar
Dokumen perjanjian itu juga turut ditandatangani oleh Kapolsek dan Danramil yang bertugas waktu itu, serta 3 orang perwakilan warga.
Dalam dokumen itu juga ada tandatangan pejabat Pemkab Seruyan waktu itu, yaitu Bupati Seruyan, Julhaidir, Assisten II setda, Sugian Noor, Camat Seruyan Raya, Rusnah dan Kades Bangkal, Redes Nehang.
Namun apa yang telah menjadi kesepakatan bersama tersebut, tidak pernah terealisasi, hingga akhirnya warga Desa Bangkal, kembali menggelar aksi demo pada tanggal 16 September 2023 lalu hingga akhirnya berakhir ricuh pada 21 September 2023.
Merespon suhu yang memanas di Seruyan pada Kamis itu, Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah (Polda Kalteng) mengirimkan pasukan hingga 500 personel ke Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan, guna mempercepat proses pemulihan kamtibmas pasca peristiwa aksi unjuk rasa yang rusuh.
"Saat ini sudah ada ada sebanyak 500 personil Polri yang merupakan aparat gabungan dari Polres Seruyan dan Polda Kalteng, yang kami tempatkan di Desa Bangkal," terang Kabid Humas Polda Kalteng, Kombes Pol Erlan Munaji, Jumat (22/9/2023).
Tujuan mempertebal pasukan ini, sambung Erlan, semata-mata untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi disana, termasuk mencegah masuknya pihak yang bertujuan melakukan provokasi agar situasi tidak bisa kondusif.
Digambarkannya, situasi dan kondisi di Desa Bangkal, khususnya disekitaran perusahaan perkebunan kelapa sawit PT.HMBP I, saat ini sudah berangsur pulih. Ia berharap agar warga senantiasa bisa menahan diri agar tujuan yang hendak mereka capai melalui aksi unjuk rasa ini bisa tercapai.
"Kami ini berdiri ditengah, tidak memihak pada pihak manapun, dan keberadaan aparat Polri disana adalah untuk mengamankan kamtibmas," tegas Erlan.
Akibat kerusuhan dalam unjuk rasa warga, ribuan pekerja sawit PT.HMBP mengalami trauma dan memilik mengungsi.
"Jumlahnya lebih dari seribu. Mereka semua mengaku ketakutan, kalau peristiwa pembakaran bangunan terjadi lagi, apalagi rata-rata para pekerja itu adalah warga pendatang," ungkap Camat Seruyan Raya, M. Abdi Radhiyanie, Sabtu (23/9/2023).
Karena jumlah pengungsinya cukup banyak, pihak kecamatan akhirnya membagi lokasi pengungsian menjadi 7 titik dan salah satunya adalah di halaman kantor kecamatan Seruyan Raya yang menampung sebanyak 340 jiwa.
Dijelaskannya, para pengungsi tersebut sudah dua hari ini pergi meninggalkan rumah atau mes tinggal mereka yang ada dilingkungan perusahaan.
"Tidak banyak harta benda yang mereka bawa. Mereka sepertinya hanya barang kebutuhan sehari-hari saja," sebutnya.
Saat hari pertama mengungsi, pihak kecamatan terpaksa membangun tenda darurat dari terpal untuk sementara waktu menjadi tempat tinggal para pengungsi tersebut, dan baru hari BPBD dan Dinas Sosial Kabupaten Seruyan datang mendirikan tenda lapangan.
Pihaknya juga sudah mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan minum para pengungsi. Selain itu dari perusahaan tempat mereka bekerja juga ada mengirim suplay makanan, serta bantuan dari warga yang bersimpatik dengan kondisi para pekerja yang nampak selalu ketakutan.
Abdi juga menjelaskan, sejak aksi demo warga desa Bangkal kemaren, aktivitas perusahaan memang stop tidak ada kegiatan, dan ia mengaku belum mendapat informasi kapan kegiatan perusahaan akan berjalan kembali.
"Mungkin nanti menunggu persoalan dengan warga desa Bangkal selesai dulu, baru ada aktivitas perusahaan akan berjalan kembali," kata Abdi.
Sementara untuk situasi kamtibmas di desa Bangkal sejak terjadinya peristiwa anarkis lalu, kondisinya sekarang sudah mulai berangsur kondusif. Namun demikian, warga yang terlibat aksi demo masih tetap bertahan disekitaran areal perusahaan.
Selama aksi berlangsung, aparat keamanan dari TNI dan Polri, terus berjaga-jaga, guna menghindari jangan sampai aksi anarkis seperti kemaren terulang kembali atau ada masuknya provokasi dari luar yang bisa menyulut emosi warga.
"Mereka mungkin baru akan mengakhiri aksi kecuali jika tuntutan mereka dipenuhi. Namun sejauh ini kedua belah pihak baik perusahaan maupun warga, belum juga menemui kata sepakat meskipun beberapa kali dilakukan dialog atau mediasi," ujarnya. (dsi/ito)
Load more