Baubau, tvOnenews.com - Jamaah di dua masjid peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, menggelar ritual Malona Qodiri atau tradisi menyambut malam Lailatul Qadar, Sabtu (7/4/2024) malam.
Tradisi menyambut datangnya malam Lailatul Qadar atau ritual Malona Qodiri digelar usai menjalankan ibadah shalat tarawih dan witir.
Diawali dengan tabuhan beduk sebagai tanda dimulainya ritual Malona Qodiri. Seluruh perangkat masjid mengenakan pakaian adat kemudian duduk bersama sambil membacakan doa keselamatan bagi Negeri.
Prosesi Malona Qodiri dilanjutkan dengan acara santap malam bersama dengan beragam hidangan makanan yang sudah disediakan saat menyambut malam Lailatul Qadar.
Suasana ritual Malona Qodiri dilakukan warga Baubau di akhir Ramadhan 2024 (tvOnenews.com/Jamil Azali)
Berbagai hidangan makanan khas Kesultanan Buton, seperti baruasa, onde-onde, waje, cucuru dan berbagai penganan khas disajikan di atas talang dalam syukuran malam Lailatul Qadar.
Tradisi unik ini memiliki keseruan tersendiri dengan tingkah anak-anak yang berebutan untuk mendapatkan kue bahkan mereka sudah menyiapkan kantung kresek untuk diisi kue-kue yang disajikan.
"Ada keseruan tersendiri juga lihat anak-anak yang berebutan kue, momen ini biasa yang sangat ditunggu, Alhamdulillah tradisi ini masih dipertahankan, semoga dipertemukan kembali dengan Ramadhan berikutnya," ungkap Revi salah satu remaja putri Masjid Quba di Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum, Baubau.
Tradisi ini biasa digelar di sejumlah masjid tua yang ada di wilayah Kesultanan Buton. Seperti yang digelar di Masjid tua Jila Ul Qulub yang merupakan peninggalan Sultan Buton ke-7 bernama Sultan La Saparagau.
Kini masjid tersebut berusia hampir lima abad dan Masjid Quba peninggakan Sultan Buton ke-29 bernama Sultan La ode Muhammad Idrus Kaimuddin yang dibangun pada abad ke-18.
Menurut salah satu Khatib Masjid tua Jila Ul Qulub La Ode Muhammad Abduh, ritual Malona Qodiri digelar sebagai wujud rasa syukur warga.
Karena masih dipanjangkan umur untuk berjumpa dengan Ramadhan 2024 dan berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan berikutnya. Selain itu ritual ini juga bertujuan mendoakan keselamatan Negeri.
"Tradisi ini sudah dilaksanakan pada leluhur kami sejak abad ke-16 yang tetap kami pertahankan hingga sekarang. Tradisi ini menyambut malam Lailatul Qadar ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas kesempatan yang diberikan dipertemukan dengan Ramadhan tahun ini," tutur La Ode Muhammad Abduh saat ditemui usai pelaksanaan prosesi Malona Qodiri.
Lebih lanjut Abduh mengatakan, di akhir ritual, seluruh perangkat masjid dan jamaah saling bersalaman untuk saling memaafkan.
Hal ini bertujuan agar saat Idul Fitri nanti hati setiap insan manusia dapat kembali mencapai fitrah.
"Salam-salaman saling memaafkan baik para perangkat masjid maupun jamaah agar saat hari raya semua kembali fitrah," pungkasnya.
Tradisi Malona Qodiri ini sudah dilakukan turun temurun sejak ratusan tahun lalu yang bertujuan mencari keberkahan di malam Lailatul Qadar.
Dengan mendoakan keselamatan negeri dan doa-doa kebaikan bagi masyarakat serta senantiasa diberi keimanan hingga akhir hayat. (jai/hap)
Load more