Walaupun Menguat Rp16.684 per dolar AS, Rupiah Diprediksi Melemah, Investor Tunggu Rilis Data PCE
- pixabay
Jakarta, tvOnenews.com – Nilai tukar rupiah yang ternyata menguat pada hari ini, diperkirakan melemah pada perdagangan Rabu (24/9/2025). Nilainya bergerak di kisaran Rp 16.684 per dolar AS
Sikap hati-hati investor global jelang rilis data inflasi inti Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama yang menekan pergerakan rupiah.
Rupiah Bergerak di Kisaran Rp16.680–Rp16.710
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menyebut rupiah pada perdagangan hari ini diprediksi bergerak melemah dalam kisaran sempit Rp16.680–Rp16.710 per dolar AS.
“Rupiah hari ini diperkirakan melemah, dipengaruhi oleh faktor global yakni kenaikan indeks dolar sehubungan dengan sikap wait and see investor terhadap rilis data inflasi inti PCE AS pada Jumat (26/9) malam,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
PCE merupakan indikator inflasi yang menjadi acuan utama Federal Reserve (The Fed) dalam menetapkan arah kebijakan suku bunga. Data PCE Agustus 2025 diperkirakan turun menjadi 0,2 persen, lebih rendah dibandingkan realisasi Juli sebesar 0,3 persen.
Sentimen Negatif dari The Fed
Selain data inflasi, rupiah juga tertekan oleh pernyataan terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell. Menurut Rully, pernyataan Powell yang cenderung hawkish menambah ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS.
“Powell menegaskan bahwa penurunan suku bunga ke depan masih akan terbatas karena risiko inflasi akibat kebijakan tarif. Hal tersebut memperuncing perbedaan pandangan dengan anggota The Fed lain yang menginginkan penurunan suku bunga lanjutan,” jelasnya.
Ketidakpastian ini membuat pelaku pasar global memilih untuk menahan diri hingga ada kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS.
Faktor Domestik Ikut Membebani
Dari dalam negeri, kekhawatiran pelaku pasar juga muncul terkait kondisi fiskal pemerintah dan independensi Bank Indonesia (BI). Menurut Rully, pasar menyoroti defisit anggaran yang sudah mendekati batas maksimum 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Pelaku pasar mencemaskan disiplin fiskal pemerintah dan independensi BI. Defisit anggaran yang mendekati threshold 3 persen menjadi salah satu faktor pelemah rupiah,” ungkapnya.
Kondisi ini membuat investor semakin berhati-hati dalam mengambil posisi di aset berdenominasi rupiah.
Load more