Proyek Whoosh Dinilai Beban Sosial, Pengamat Peringatkan Prabowo: Hati-Hati, Agar Tidak Jadi Beban Politik!
- tvOnenews.com/Cepi Kurnia
Jakarta, tvOnenews.com — Kritik terhadap kelanjutan proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung terus bergulir. Pengamat Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan, menegaskan bahwa Whoosh bukanlah proyek investasi sosial, melainkan murni investasi bisnis yang menyedot anggaran raksasa dan berpotensi meninggalkan beban besar bagi pemerintah baru.
Iwan menilai proyek strategis era pemerintahan Presiden ke-7, Joko Widodo, itu harus ditempatkan secara proporsional sebagai proyek komersial, bukan program publik yang dibangun untuk kepentingan langsung masyarakat.
“Soal kereta cepat ini bukanlah persoalan investasi sosial. Karena pembangunannya memakan anggaran banyak dan ditujukan untuk sektor bisnis. Jadi harus dipisahkan antara investasi sosial dengan investasi bisnis,” ujarnya, saat dihubungi tvOnenews.com, Selasa (4/11/2025).
Lebih jauh, Iwan menegaskan proyek tersebut bahkan berubah menjadi beban negara yang harus ditanggung oleh Presiden RI, Prabowo Subianto.
“Ini bukan proyek investasi sosial melainkan beban sosial, hal ini karena proyek tersebut meninggalkan utang yang besar dan beban untuk pemerintahan Prabowo,” tuturnya.
Ia mengingatkan pemerintahan Prabowo agar berhati-hati menentukan keputusan terkait masa depan Whoosh, termasuk opsi restrukturisasi maupun intervensi keuangan negara terhadap proyek tersebut.
“Presiden Prabowo harus berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tidak menjadi beban politik. Jika tidak hati-hati, ini akan berdampak negatif terhadap Prabowo,” kata Iwan.
Iwan menekankan pentingnya transparansi penuh dan evaluasi menyeluruh terhadap proyek yang menelan biaya besar itu.
“Soal transparansi dalam pengelolaan dan kejelasan arah bisnis menjadi kunci agar proyek kereta cepat tidak membebani keuangan negara maupun citra politik pemerintahan baru,” tegasnya.
Kereta cepat Jakarta–Bandung, yang diresmikan pada 2023, menjadi proyek infrastruktur paling ambisius Indonesia dan dipromosikan sebagai simbol modernisasi transportasi.
Namun hingga kini, sorotan publik terus menguat terkait efisiensi, beban utang, serta manfaat ekonominya bagi masyarakat luas. (agr/nba)
Load more