Jakarta - Elektabilitas Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di mata warga Nahdlatul Ulama (NU) belum terdongkrak naik dikarenakan belum mendapatkan kepercayaan yang meyakinkan dari warga NU. Demikian salah satu hasil survei yang dilakukan Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) bertajuk 'Peluang Tokoh NU di Pilpres 2024'.
"Kita belum rilis resmi hasil survey terbaru ini, karena masih dalam tahap analisis data. Hanya kepada teman-teman wartawan ini saya beberkan sedikit, tapi khusus untuk elektabilitas Cak Imin yang belum 'ngangkat'," kata Direktur Eksekutif CSIIS Sholeh Basyari, dikutip Kamis (29/9/2022)
Ia memaparkan, dari beberapa kali survei yang dilakukan, elektabilitas Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar masih belum mendapatkan kepercayaan yang meyakinkan dari warga NU.
Melihat dan menganalisa elektabilitas Muhaimin Iskandar, menurut Sholeh menjadi menarik mengingat dirinya dari kalangan NU yang sudah deklarasi untuk ikut pilpres.
Selain itu, sebagai ketum partai, Muhaimin juga menjadi tokoh NU yang memiliki peluang paling besar sebagai capres maupun cawapres.
"Namun peluang besar itu, tidak didukung oleh tingginya elektabilitas. Untuk kalangan warga NU sendiri, elektabilitasnya masih kalah oleh Khofifah dan Mahfud MD. Ini tentu menjadi lampu kuning bagi Cak Imin," sambungnya.
Upaya-upaya konsolidasi dan sosialisasi yang gencar dari Muhaimin, kata Sholeh tidak memperlihatkan kenaikan elektabilitas yang signifikan.
Ia melihat ada persoalan internal di NU, yang harus diselesaikan oleh Muhaimin sebelum melangkah ke tahap selanjutnya.
Ada beberapa faktor yang membuat Muhaimin terhambat, dalam mendapatkan kepercayaan warga NU.
Antara lain hubungan dengan struktural PBNU dan kelompok Gusdurian yang tidak bagus.
Selain itu, catatan pada pilpres terdahulu, dimana Muhaimin selalu gembar gembor akan maju, namun ternyata akhirnya menyerahkan PKB untuk mengusung calon lain.
"Sekarang ini, banyak pihak juga masih bertanya-tanya tentang keseriusan Cak Imin untuk maju. Jangan-jangan pada saat mendekati pencapresan, panggung malah diserahkan ke orang lain," terang Sholeh.
Sholeh membandingkan dengan kondisi Pilpres 2019 lalu, ketika sudah bergema Jokowi-Muhaimin (JoIn) akhirnya PKB malah mendorong Ma'ruf Amin sebagai cawapres.
"Apa bedanya dengan saat ini? Waktu itu JoIn juga sudah menyebar kemana-mana. Spanduk bertebaran di seluruh Indonesia. Kita saksikan ujungnya seperti apa. Makanya sekarang menurut saya yang menarik itu malah, panggung nanti akan diserahkan Cak Imin ke siapa? Apakah Khofifah, Mahfud MD atau Erick Thohir. Itu yang kita tunggu," imbuhnya. (ant/ito)
Load more