Jakarta, tvOnenews.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghentikan program pemantauan Tsunami (InaTEWS) yang menggunakan alat disebut buoy.
Program InaTews yang berfungsi sebagai pelindung masyarakat Indonesia dari potensi bahaya tsunami itu kini tidak lagi beroperasi karena telah dihentikan oleh BRIN.
Padahal sistem InaTews sebagai peringatan dini terhadap bencana tsunami merupakan salah satu kemajuan dan wujud kesiapsiagaan untuk mengurangi dampak dari bahaya gempa bumi dan tsunami yang terjadi.
Buoy, alat pendeteksi gempa bumi dan tsunami. Source: bppt.go.id
Apa Itu sistem InaTEWS?
Indonesia Tsunami Early Warning System atau disingkat InaTEWS adalah sistem pendeteksi gempa bumi dan tsunami menggunakan sebuah alat bernama buoy, yaitu sebuah alat terapung pendeteksi tsunami di laut.
Buoy ini berfungsi untuk mengawasi dan mencatat perubahan tingkat air laut samudera yang dipasangi di beberapa titik wilayah Indonesia seperti area Laut Jawa, Sumatera, Flores, Maluku dan Banda.
Alat buoy tsunami ini juga sempat mengalami malfungsi karena rusak dan hilang sejak 2012 hingga 2018. Namun kemudian, akhir 2019, pemerintah kembali meluncurkan Ina-Buoy versi terbaru yang sudah dilengkapi sensor pendeteksi tekanan bawah air laut.
Sejumlah empat buah alat buoy yang kembali dipasang di Pantai Selatan Jawa Timur, Pantai Selatan Jawa Tengah, Selat Sunda dan Pelabuhan Benoa Bali sebagai pendeteksi gempa dan tsunami.
Alat buoy ini sendiri berada dan beroperasi di 13 titik lokasi seluruh Indonesia. Salah satu alat buoy yang dipasang berada di perairan sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK).
Bagaimana sistem kerja InaTEWS?
InaTEWS sendiri memiliki dua sistem pemantauan, yakni di darat dan laut. Sistem pemantauan InaTEWS di darat terdiri dari jaringan seismometer broadband serta Global Positioning System (GPS) aktif.
Sedangkan sistem pemantauan InaTews di laut sendiri, terdiri dari buoy, tide gauge, CCTV, kabel bawah laut, dan radar tsunami yang saat ini masih dalam proses tahap pengembangan.
Sistem InaTEWS berbagi tugas dengan BMKG untuk mendeteksi gempa dan potensi bencana tsunami. Yakni BMKG sebagai badan yang mengoperasikan jaringan seismometer, akselerometer, CCTV, dan radar tsunami.
Badan Informasi Geospasial (BIG) bertugas mengoperasikan GPS dan tide gauge. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bertugas mengoperasikan buoy dan kabel bawah laut. Sedangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang akan mengoperasikan radar tsunami.
Dengan menggunakan Decision Support System (DSS), InaTEWS sendiri mampu mengolah informasi dari sistem pemantauan darat dan laut tentang resiko tsunami setelah terjadinya gempa. Kemudian data itu akan diverifikasi, dan hasilnya, peringatan dini tsunami dapat dikeluarkan oleh BMKG.
Dari kecepatan sistem tadi, BMKG hanya perlu waktu lima menit untuk mengeluarkan peringatan dini ancaman tsunami. BMKG kemudian dapat mengeluarkan status "awas", "siaga", dan "waspada". (udn)
Load more