Bahasa: Peyorasi, Dari Staycation Hingga Check In

tvOnenews.com-Anda Ingin liburan. Sebagai bagian dari mencari tempat untuk menginap Anda mengetik lema staycation pada mesin pencari. Yang muncul kemudian tidak saja promo promo hotel, tetapi juga berita seputar perbuatan bejad seorang atasan pada bawahan di sebuah pabrik di Cikarang. Demikianlah, jagat digital dengan sangat cepat memberi makna lain pada  sebuah lema: staycation.

Pada mulanya kata staycation adalah gabungan dua kata stay dan vacation. Stay, kata kerja yang berarti tinggal, diam atau menginap. Sementara vacation, kata benda yang berarti liburan.

Jika dikaitkan kedua kata ini berarti tindakan berlibur yang menetap, menghabiskan waktunya di sebuah tempat saja. Sebuah tindakan yang mengacu pada perilaku kelas menengah kota yang menghabiskan waktu liburannya hanya berdiam di kamar hotel yang kini dipenuhi fasilitas lengkap, sejak kolam renang, gim, kafe, restoran hingga bar.

Sebuah album dari group musik White Shoes Couple Company diberi tajuk Vakansi. Kata ini mereka transliterasikan secara indah. Gambar albumnya keren. Mereka berlima berdiri di depan pesawat tua. Seperti ingin berlibur ke suatu tempat yang jauh.  

Dalam praktek berbahasa di ranah digital kata ini mengalami peyorasi, perubahan makna dari kata bermaka netral, menjadi bermakna lebih buruk, lebih rendah dari makna semula.

Dalam berita terkait tindakan asusila (mengajaknya tidur bersama) seorang atasan pada bawahannya juga dilekatkan dengan kata staycation. Misalnya judul judul: Terkuak, Bos yang Ajak Karyawatinya Staycation, Pekerja Pabrik di Cikarang Ungkap Syarat Staycation Demi Perpanjangan Kontak, Puan Soroti Ajakan Bos Staycation

Kata yang juga mengalami peyoratif adalah check in. Kata yang berarti mendaftar untuk sebuah layanan, misalnya menginap, kini mengalami peyoratif, bermakna negatif. Ada makna yang pelan pelan bergeser karena adanya asosasi asosasi dan penggunaan dalam kalimat kalimat tertentu.

Demikian, pada  jagat digital, makna makna baru berloncatan dan terus diproduksi. Bahasa menjadi sedemikian plastis, tidak formal, lepas dari kaidah kaidah berbahasa yang resmi. Meski begitu ia hidup dan terus dimaknai karena dibentuk, dibangun, ditemukan dari percakapan sehari hari, slang, kebudayaan pop  yang terus bergerak, tak pernah berhenti. (bwo)