Yogyakarta - Tingkat aktivitas Level III (Siaga) sejak 5 November 2020 pukul 12.00 WIB. Gunung Api Merapi (2.968 mdpl) mengalami erupsi tidak menerus. Letusan terakhir terjadi pada 21 Juni 2020 dengan tinggi kolom erupsi 6.000 m di atas puncak.
Selama sepekan terakhir, telah terjadi 282 kali guguran lava pijar dan 19 kali semburan awan panas yang terjadi di Gunung Merapi yang ada di perbatasan Daerah Istimewa yogyakarta dan Jawa Tengah. Sedangkan pada hari ini (23/1) terjadi setidaknya 17 kali guguran lava dan 24 kali gempa guguran.
Guguran lava Gunung Merapi yang terjadi pada hari jaraknya berkisar antara 300-500 meter ke arah Barat Daya yakni ke Hulu Sungai Krasak dan Sungai Boyong.. Untuk saat ini, status Gunung Merapi masih berada di level III atau siaga.
Setelah sempat dinaikkan menjadi level II pada bulan November 2020 lalu dan bulan Januari 2021 ini Gunung Merapi telah memasuki waktu erupsi efusif. Pasalnya hingga kini Gunung Merapi masih terus menampakkan aktivitasnya yang tinggi. Potensi bahaya Gunung Merapi berada 5 km dari atas puncak, diantaranya seperti guguran lava dan semburan awan panas.
“Diperkirakan akan kearah Selatan dan Barat Daya yang berarti berada pada beberapa sektor wilayah seperti di Bojong, Krasak, Gubeng,” ungkap Arga Dumadi yang melaporkan langsung dari Yogyakarta.
Sedangkan apabila terjadi letusan eksplosif, material dari Gunung Merapi diperkirakan lontarannya akan sejauh 3 km. Untuk itu bagi warga yang berada di kawasan radius 5 km dari puncak Gunung Merapi sejak beberapa waktu yang lalu telah diungsikan ke barak-barak pengungsian yang ada, seperti di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain itu, ada beberapa barak lain yang telah disediakan diantaranya di daerah Klaten dan Magelang. Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, semua kegiatan baik penambangan pasir maupun pendakian, dan pariwisata yang berada di kawasan bencana diimbau untuk dihentikan sementara waktu. (adh)