ADVERTISEMENT
Jakarta, tvOnenews.com - Dua tahun sejak serangkaian peristiwa 7 Oktober 2023, konflik di Gaza masih belum menemukan titik henti.
Dalam diskusi di Apa Kabar Indonesia Pagi, relawan dan pengamat menilai upaya diplomasi internasional belum cukup menghentikan kekerasan yang menimpa warga sipil Gaza, yang menurut narasumber telah menelan ribuan korban sepanjang dua tahun terakhir.
Wanda Hamidah, relawan dari Global Sumud Flotilla yang baru kembali ke Indonesia, menyatakan kekecewaannya terhadap lambatnya aksi nyata negara-negara dunia untuk membuka blokade dan menghentikan apa yang disebutnya sebagai "genosida".
Wanda mengatakan gerakan relawan berupaya menembus pengepungan secara langsung untuk mengantarkan bantuan kemanusiaan berupa makanan, obat-obatan, oksigen, dan peralatan medis.
Wanda juga menceritakan perjalanan panjangnya bergabung dengan relawan internasional, termasuk hambatan teknis dan aksi sabotase yang dialami pasukan flotilla di laut Mediterania.
Ia menyebutkan intimidasi drone, kondisi kapal yang kurang laik, dan kendala kapten sebagai sejumlah kendala yang membuat sebagian peserta gagal melanjutkan pelayaran dari Tunisia dan Sicilia.
Wanda menegaskan inisiatif rakyat sipil itu lahir karena kekecewaan terhadap tindakan pemerintah negara-negara yang dinilai belum bertindak tegas.
Ia menyebut aksi relawan bukan sekadar unjuk rasa politik, melainkan usaha konkret mengantar bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, pengamat Timur Tengah Irfan Maulana Amrullah menyoroti perubahan opini publik global selama dua tahun terakhir.
Ia menyebutkan pergeseran sikap publik di sejumlah negara, termasuk di kalangan masyarakat Amerika Serikat yang kini semakin kritis terhadap tindakan Israel.
Irfan juga menyinggung putusan-putusan badan internasional seperti International Court of Justice (ICJ) yang, menurutnya, telah menimbulkan tekanan moral di tingkat global meski belum mengubah praktik di lapangan.
Irfan menilai peran media dan bukti visual yang tersaji secara real time turut menggerakkan simpati publik internasional.
Ia menambahkan bahwa pergeseran opini ini tampak dalam survei opini yang menunjukkan banyak responden, termasuk kelompok yang sebelumnya pro-Israel, mulai menilai adanya kejahatan perang dan tindakan keras terhadap warga sipil.