Jakarta -
Krisis listrik masih membayangi Singapura menyusul keterbatasan pasokan gas alam sebagai energi primer pembangkit listrik, termasuk pasokan gas alam dari Indonesia.
Akibat keterbatasan sumber daya, saat ini sudah ada perusahaan listrik di Singapura yang menyetop usaha mereka. Bukan hanya satu namun tiga perusahaan sekaligus yang menghentikan usaha mereka sejak 2018.
Singapura membuka pasar listrik mereka kepada perusahaan swasta. Ini tidak seperti di Indonesia yang hanya dikuasai oleh satu perusahaan yakni PLN. Setidaknya ada 22 perusahaan listrik yang melayani pelanggan di Singapura.
Berdasarkan data otoritas pasar energi, sepuluh pengecer listrik berlisensi di Singapura menyediakan listrik untuk konsumen perumahan sementara sepuluh sisanya hanya menyediakan listrik untuk bisnis. Masyarakat pun bisa memilih untuk berlangganan listrik ke perusahaan pemasok mana yang sesuai keinginan mereka.
Salah satu pemicu berhentinya perusahaan listrik yaitu adalah lonjakan harga gas yang merupakan energi primer untuk pembangkit listrik. Termasuk di antaranya gas yang dipasok Indonesia melalui pipa West Natuna.
Sebanyak 95% listrik Singapura dihasilkan dari gas alam. Meskipun Singapura berencana untuk meningkatkan sumber energi beru dan terbarukan lainnya, di tengah ketakutan akan terjadinya krisis listrik dan untuk mengantisipasi krisis listrik dalam jangka panjang Singapura akan mengimpor listrik hingga empat gigawatt.
Otoritas pasar energi Singapura menyatakan masukan listrik sebanyak empat gigawatt itu mencakup tiga puluh persen dari total kebutuhan listrik Singapura. Kebutuhan yang akan diimpor itu merupakan proyeksi hingga tahun 2035. Peluang besar untuk memasok listrik ke Singapura terbuka lebar. (afr)