Neneng mengetahui anaknya menjadi korban penganiayaan setelah anaknya menangis dan tak mau bersekolah.
“Pulang nangis-nangis terus buka baju dia nggak jawab. Terus jawab dikeroyok sama santri seangkatanya. Pemicunya katanya dengan tuduhan mencuri HP dan dipaksa ngaku,” ujarnya.
Insiden pengeroyokan sesama santri terjadi pada akhir bulan Juli 2022 lalu. Namun, orang tua baru melapor pada Jumat (9/9/2022) kemarin.
Hal itu dilakukan karena tak ada itikad baik dari para pelaku pengeroyokan.
“Disiksa dari awal kejadian ditarik dari asrama. Jadi sekolahnya dianterin, pulangnya dijemput kayak anak TK. Sekarang posisinya kelas 2 SMA. Ya kejadianya bulan Juli kemarin," katanya.
Kasus ini sudah ditangani Polres Garut. Namun, pihak kepolisian masih belum mau memberikan keterangan. (thh/nsi)
Load more