Banjarnegara, Jawa Tengah – Satpol PP Banjarnegara, Jawa Tengah menggrebek sebuah rumah kosong produsen minuman keras di Keluarahan Argasoka, Kelurahan Banjarnegara, Banjarnegara, Jawa Tengah. Dari hasil penggrebekan, petugas menyita 460 liter minuman keras tradisional jenis tuak, Kamis (19/05/2022)
“Ada yang mau mengirim tuak inisialnya I. Tapi yang menyewa rumah itu berbeda orang inisialnya T,” ujar Esti.
Barang bukti berupa 460 liter tuak ini ditempatkan didalam sembilan tong plastik dan jerigen. Didalam tong, petugas mendapati tuak bercampur dengan hewan seperti cicak, kalajengking, lalat, hingga kecoa yang telah mati serta kayu laru yang menjadi bahan campuran tuak.
“Didalamnya tadi bisa lihat ada banyak lalat, kecoa, cicak, kalajengking,” katanya.
Esti juga menambahkan, selain tidak higienis tuak ini juga sangat membahayakan jika dikonsumsi terlebih sering dijumpai tuak dicampur dengan minuman lain.
“Tuak ini sering disalahgunakan anak-anak remaja yang coba-coba. Ini bahaya sekali karena biasanya kita temui dilapangan itu dicampur dengan minuman yang lain, ada obat batuk dan obat lain yang menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan,” tambahnya.
Semenatara itu pihaknya akan mengambil sampel tuak dan diuji ke laboratorium untuk mengetahui kadar alkoholnya. Dan untuk warga berinisial T dan I akan dimintai keterangan guna menentukan proses hukum selanjutnya.
“Tuak ini akan kita lab kan untuk mengetahui kadar alkoholnya berapa persen. Dengan dasar hasil laboratorium itu nanti kita naikkan ke pengadilan, biar nanti pengadilan yang memutuskan. Karena Perda Banjarnegara tidak menoleransi minuman beralkohol” ungkapnya.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Satpol PP Banjarnegara, Sugeng Priyadi menambahkan, terduga T sebelumnya pernah ditangkap pada kasus yang sama pada tahun 2021. Namun setelah bebas, inisial T kembali memproduksi minuman keras jenis tuak ini namun dilokasi yang berbeda.
“Rumah tersebut disewa oleh saudara T, dan T ini adalah residivis pada tahun 2021 pernah kita proses hukum kasus yang sama, dengan metode yang sama hanya beda lokasi,” pungkas Sugeng Priyadi. (Rbo/Buz)
Load more