Jika sebelumnya bisa memproduksi satu kwintal, kini Sunip hanya mampu memproduksi 25 kilogram saja setiap hari. Dengan turunnya jumlah produksi ini, Sunip terpaksa meliburkan 12 anak buahnya.
“Iya kali dulu kerjanya bisa siang sampai malam, karena banyak pesanan. Tapi kalau sekarang ya tahu sendiri, pasar sepi otomatis produksinya ya turun,” jelasnya.
Bahkan, dari 12 jenis kue yang biasa diproduksi, kini hanya sisa 5 jenis saja yakni kue mawar, mawar, coklat, satru, putri salju dan sagon, yang dijual berkisar Rp25 ribu hingga Rp45 ribu rupiah perkilogramnya.
Demi keberlangsungan usahanya ini, Sunip berharap pandemi segera berakhir dan harga-harga kembali normal. “Ya semoga tahun depan semua kembali normal, pandemi berakhir dan harga juga stabil,” pungkasnya.
Ade Prianis, salah satu pelanggan setia Sunip mengaku tidak mempermasalahkan dengan kenaikan harga kue saat ini. Sebab, selain rasanya nikmat dan gurih, kue produksi Sunip ini tanpa menggunakan bahan pengawet. Selain cocok untuk suguhan lebaran, kue ini juga cocok untuk oleh-oleh.
“Gak masalah meskipun harganya naik tapi masih terjangkau, kuenya nikmat dan tanpa bahan pengawet. Saya sudah 6 tahun berlangganan, selain untuk suguhan kuenya juga bisa dibuat oleh-oleh,” jelasnya. (wso/ito)
Load more