Yogyakarta, DIY - Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif pada 4 Januari 2021. Aktivitas erupsi efusif berupa pertumbuhan kubah lava, pembentukan awanpanas dan guguran lava.
Berbeda dengan erupsi-erupsi efusif Merapi sebelumnya, erupsi tahun 2021 ini memiliki 2 pusat erupsi yaitu di kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah.
Kepala Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humarida menyebutkan bahwa kedua kubah lava ini terus tumbuh, hingga per tanggal 7 Januari 2022, volume kubah lava barat daya sebesar 1.670.000 m3, dan kubah lava tengah sebesar 3.007.000 m3.
Laju pertumbuhan kubah lava barat daya sebesar 5.700 m3/hari dan laju kubah lava tengah relatif tetap.
"Berdasarkan data volume kubah lava tersebut, telah dibuat model luncuran awanpanas guguran sebagai salah satu bahan pembuatan peta potensi bahaya," ungkap Hanik.
Hanik menyampaikan bahwa dari hasil pemodelan menunjukkan apabila volume kubah lava barat daya sebesar 3 juta m3 longsor, maka akan menimbulkan awanpanas guguran ke Sungai Boyong, Bebeng, Krasak, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
" Untuk kubah lava tengah, apabila volume sebesar 1 juta m3 longsor, maka awanpanas guguran akan mencapai jarak 5 km ke arah Sungai Gendol", jelas Hanik.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka daerah potensi bahaya guguran lava dan awanpanas guguran berada di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km dari puncak. Sedangkan pada sektor tenggara pada Sungai Woro sejauh 3 km dan sungai Gendol sejauh 5 km dari puncak," terang Hanik.
BPPTKG menghimbau agar masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut. Sedangkan bagi yang bermukim di luar daerah potensi bahaya agar tetap menjaga kesiapsiagaan akan bahaya erupsi Gunung Merapi. (Nuryanto/Buz)
Load more