Kebumen, Jawa Tengah - Satu lagi kuliner tradisional asal Kebumen dengan cita rasa unik yang patut dicoba, yaitu Pelas Yingking. Pelas identik dengan makanan berupa parudan atau ampas kelapa.
Sementara yingking atau banyak juga yang menyebut jingking merupakan hewan laut seperti kepiting namun bertubuh kecil, hidup dan tumbuh di daerah pasiran pantai.
Pada umumnya yingkin sering dijumpai di goreng atau dibikin peyek. Namun kali ini kita akan mencoba melihat olahan pelas yingking yang dikemas dengan daun pisang yang menjadi kuliner khas dan banyak didapati di wilayah pesisir selatan Kabupaten Kebumen. Selain memiliki nama yang menarik, pelas yingking juga mempunyai cita rasa yang unik.
Pelas yingking diolah dengan memadukkan rasa khas dari pelas dan rasa aroma hewan laut khas pesisir selatan itu. Perpaduan komposisi dari dua rasa sekaligus tersebut dicampur bumbu rempah menghasilkan rasa yang unik, gurih beraroma seafood.
"Rasanya bener-bener unik, gurih sedikit berbau aroma menu seafood. Apalagi kalau disajikan dengan gethuk ubi yang kenyal. Sensasinya tambah jos," jelas Farid, saat menikmati pelas yingking di warung Pantai Petanahan, Senin (28/2/2022).
Farid menambahkan, pelas yingking yang disantap bersama dengan gethuk ubi yang kenyal sangat cocok menjadi menu sarapan saat pagi hari. Terlebih makanan khas tradisional tersebut dihidangkan dengan kopi hitam maupun wedang teh yang kental.
Sementara itu, Ringah, salah satu penjual gethuk pelas yingking di Petanahan mengatakan, kuliner tradisional tersebut hanya bisa ditemui di wilayah pesisir selatan Kebumen, terutama di Desa Petanahan. Sebab, menurutnya pelas yingking sendiri merupakan kuliner yang diturunkan oleh nenek moyang wilayah pesisir selatan dan tidak ditemui di kawasan pegunungan, apalagi di perkotaan.
"Resep masaknya sederhana saja dengan menggunakan bumbu rempah yang sudah ada disetiap dapur warga pesisir, yang terpenting ada yingking (anak kepiting) mas" terangnya.
Ringah menambahkan, pelas yingking buatannya dijual Rp1000 per bungkus. Namun, diakuinya karena bahan baku yingking yang belum tentu tersedia setiap hari dari para nelayan, pelas yingking tidak setiap hari tersedia di warungnya.
"Yingking ini kan musiman, kalau lagi musim ya banyak mas. Kalau pas lagi ndak musim bisa sampai tiga hari bahkan satu minggu saya ndak buat pelas yingking. Sementara kalau kelapa sih banyak. Kalau sedang tidak ada yingking, paling saya buat pelasnya saja," pungkasnya. (Wahyu Kurniawan/Buz)
Load more