“Masih bisa jika sebatas sedekah, mendengarkan khutbah, dakwah, dan lagu-lagu qasidah. Apapun dalam perkembangannya kelak, jika konteksnya sholat, masyarakat harus menyadari hukum-hukum agama dan gerakan tubuh terutama hati. Jadi itu tidak bisa disatukan dalam teknologi,” imbuh Prof Ida.
Oleh karena itu, pihaknya berharap kepada pengguna dunia realitas digital harus bisa menyadari kembali bahwa teknologi hanya sebagai alat. Hal tersebut bukan berarti segala sesuatu bisa dilakukan dalam teknologi metaverse.
“Metaverse itu dibangun dari sebuah text base atau bangunan text, dengan logika-logika imajinatif. Kalau menurut teorinya Mcluhan, media dan teknologi itu ekstensi dari human being. Dari ciptaan manusia untuk mempermudah manusia," ucap dosen ilmu komunikasi UNAIR itu. (msi/act)
Load more