Ilustrasi orang depresi.
Sumber :
  • Antara

Depresi: Gangguan Mental yang Disangka Lemah Iman

Jumat, 22 Maret 2024 - 13:25 WIB

tvOnenews.com - Dilansir dari data Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, maraknya peristiwa bunuh diri kini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mencuri perhatian setiap orang. Di kalangan awam banyak yang berpendapat penyakit mental adalah aib dan terjadi semata-mata hanya karena kejadian berat yang menimpa seseorang dan orang tersebut tidak mampu mengatasinya. 

Tidak. Penyakit mental tidak sesederhana itu dan banyak sekali jenisnya. Jenis kesehatan mental yang paling sering diperbincangkan akhir-akhir ini adalah depresi. Depresi merupakan salah satu gangguan emosi yang dapat dirasakan oleh semua orang. Dapat dikatakan orang yang memiliki riwayat depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama. Stigma orang awam mengenai depresi masih dipandang negatif sehingga tidak jarang masyarakat menilai individu yang stress kemudian depresi dan bunuh diri adalah akibat semata-mata hanya karena ’lemah mental’ hingga ’lemah iman’.

Saya merupakan mental health survivor dan tahun ini telah menginjak tiga tahun sejak pertama kali saya menjalani pengobatan. Saya setuju ketika dokter saya, Dr. Marwita Pratama Setiadi Sp.KJ, mengutarakan pendapatnya mengenai iman dan mental adalah dua hal yang berbeda. Memang tidak bisa dipungkiri iman adalah aspek proteksi. Namun, yang namanya penyakit tetaplah penyakit. Penyakit mental baik itu gangguan kepribadian, gangguan kecemasan, gangguan mood, dan lain sebagainya itu sama setaranya dengan penyakit fisik.

Masih sering terdengar di kalangan awam menyatakan orang dengan riwayat penyakit mental tandanya kurang ibadah, kurang dekat dengan Tuhannya, atau bahkan terlalu banyak melakukan dosa. Pada kenyataannya, tidak selalu seperti itu. Didukung dari data WHO tahun 2019 menyatakan bunuh diri masih menjadi penyebab kematian keempat terbesar di seluruh dunia. Tidak dapat dikatakan penyebab bunuh diri tersebut atas dasar lemahnya iman atau kurangnya komunikasi dengan Tuhan. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang dapat berakhir depresi hingga akhirnya terlintas pikiran untuk bunuh diri.

Artikel pada aplikasi RS Siloam Hospital menyatakan depresi dapat disebabkan oleh gangguan senyawa kimia dalam otak, gangguan keseimbangan hormon, trauma masa lalu, mengidap penyakit kronis, efek samping dari pengobatan tertentu, faktor genetik, stress berkepanjangan, ketergantungan NAPZA atau alkohol, dan masih banyak penyebab lainnya.

Kebanyakan orang tidak menyadari gejala-gejala kecil dan mereka pun malu untuk konsultasi ke psikolog atau psikiater. Itu semua kembali lagi karena ketakutan mereka atas stigma atau anggapan orang lain pasien yang melakukan pengobatan dengan dokter spesialis kejiwaan adalah orang gila. Stigma dan stereotip masyarakat awam masih tertanam dan terpatri dalam diri mereka pasien Sp.KJ bukanlah orang normal pada umumnya, sehingga seringkali mereka yang belum terdiagnosa enggan meminta pertolongan dan pengobatan.

Pengobatan pada pasien depresi sangat beragam, di antaranya yaitu dengan psikoterapi, obat-obatan oral, rehabilitasi, dan banyak metode lainnya. Jika diperlukan pemantauan secara intensif pun, dokter akan menyarankan untuk dirawat inap di rumah sakit. Tak sedikit orang awam berpendapat pengobatan psikiater membuat ketergantungan. Padahal, pasien membutuhkannya. Obat bekerja membantu memperbaiki syaraf otak dan sistem neurotransmitter-nya sehingga setidaknya ketika pasien merasakan trigger, bisa release secara perlahan. Ada obat yang bekerja membantu mereka menstabilkan mood, meningkatkan dopamine, menurunkan gejala psikotik, membantu mengembalikan kualitas tidur, dan masih banyak lagi.

Berita Terkait :
1
2 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:26
01:54
01:18
02:35
02:56
03:32
Viral