Ilustrasi - Boneka-boneka kecil terlihat di depan logo Facebook yang diambil sebagai foto bertanggal 4 Oktober 2021..
Sumber :
  • (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration)

Facebook, Rohingya, dan Perang Melawan Ujaran Kebencian

Kamis, 9 Desember 2021 - 12:21 WIB

Jakarta - Sejak wistleblower Frances Haugen yang mantan manajer produk Facebook membuka dokumen internal raksasa media sosial itu kepada Komisi Sekuritas Amerika Serikat (SEC) dan Wall Street Journal lalu disusul dengar pendapat dengan Senat Amerika Serikat awal Oktober 2021, Facebook terus dirundung masalah. 

Rangkaian gugatan dan keluhan dalam kaitannya dengan cara Facebook memerangi ujaran kebencian atau hate speech, datang silih berganti dari berbagai tempat di dunia.

Para penggugat menilai Facebook tidak terlalu berusaha memerangi ujaran kebencian karena ambigu, antara ingin memerangi ujaran kebencian dan khawatir aliran iklan dari lalu lintas pesan tersendat sehingga Facebook tak bisa lagi menangguk pendapatan dalam skala besar.

CEO Mark Zuckerberg menyatakan media sosialnya bertanggung jawab dalam memastikan FB tak hanya menyenangkan untuk digunakan, namun juga baik untuk kesejahteraan masyarakat.

Untuk itu, Zuckerberg menandaskan FB telah mempelajari dengan cermat kecenderungan ujaran kebencian dengan melibatkan akademisi dan pihaknya sendiri. Tetapi menurut Haugen, yang terjadi dalam lingkungan internal FB justru mentalitas yang sebaliknya dengan semangat yang diutarakan Zuckerberg tersebut.

Facebook bahkan dianggap sebenarnya tahu betul seandainya algoritma mereka diubah menjadi lebih aman bagi pengguna, maka laman Facebook menjadi kurang begitu menarik yang lalu membuat iklan tak begitu dilirik pengguna dan akhirnya menekan pendapatan Facebook.

Logika ini masuk akal, sehingga masuk akal pula jika rangkaian bantahan, apologi dan pembelaan Facebook tidak menyurutkan gugatan kepada raksasa media sosial itu.

Berita Terkait :
1
2 3 4 5 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:28
00:58
06:16
01:54
01:38
10:26
Viral