Arsip Foto. Unjuk rasa mahasiswa di Gedung DPR Jakarta, Selasa 19 Mei 1998..
Sumber :
  • ANTARA

Selamat Tinggal Reformasi

Minggu, 15 Mei 2022 - 11:59 WIB

Sungguh cara berpikir yang tidak lagi sesuai zamannya dimana saat ini banyak investor/pengusaha yang sudah mempunyai literasi dan praktek yang baik dalam memberlakukan kehidupan yang lebih baik bagi pekerjanya dan juga memikirkan dampak lingkungan hidup. Hal ini berbeda dengan cara pikir pemerintah kita yang cenderung old: investasi masuk jika buruh murah dan lingkungan diabaikan.    

Selamat Tinggal Orde Reformasi

Seperti yang lazim terjadi, ketika terjadi perubahan ke arah yang lebih buruk maka akan timbul gerakan perlawanan. Dalam konteks gerakan, keberadaan gerakan yang ada sekarang ini merupakan model gerakan yang tidak terlepas dari gerakan sebelumnya. Yang membedakan adalah instrumen gerakan yang digunakan. 

Bila kita merunutnya lebih jauh gerakan sekarang ini juga tidak terlepas dari tumbuhnya gerakan 1980an yang kemudian bermuara pada penumbangan rejim orde baru di tahun 1998-an. Tumbangnya rejim orde baru kemudian melahirkan orde reformasi. Aktivis-aktivis yang ada sekarang tampaknya juga tidak terlepas dari peran pembangunan kesadaran kritis era sebelumnya. Jika dulu proses pembangunan kesadaran kritis dilakukan melalui diskusi dan seminar di kampus-kampus, sekarang ini instrumen yang digunakan berupa webinar dan penggunaan media sosial baik facebook, twitter, whatapps, telegram, tik tok dan lain-lain.
 
Tongkat estafet gerakan telah sampai kepada pembuka jalan lahirnya orde di masa depan. Adanya “mosi” tidak percaya dan gerakan massa yang terus menerus berlangsung secara semiotikal adalah bentuk ketidakpercayaan publik pada negara. 

Negara melalui representasinya yakni: eksekutif, legislatif dan yudikatif dipandang oleh kalangan masyarakat sudah tidak lagi dapat dipercaya mewakili keresahan mereka. Reformasi tinggal puing-puing yang berserakan: selamat tinggal orde reformasi! Selamat datang “orde masa depan” yang nantinya akan diisi oleh aktivis gerakan yang sekarang ini sedang berjuang di garis depan.  

*Penulis: Barid Hardiyanto (Aktivis Gerakan Mahasiswa ‘98. Dosen di Universitas Amikom Purwokerto dan pengajar tamu UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto)
 

Berita Terkait :
1 2
3
Tampilkan Semua
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:33
02:33
01:15
01:45
08:58
01:43
Viral