[Eksklusif] Reporter tvOne Diusir oleh Tentara Garda Nasional Amerika | tvOne

Rabu, 20 Januari 2021 - 20:08 WIB

Washington DC, AS – Reporter tvOne, Yanrie Subekti, diusir oleh tentara Garda Nasional Amerika, ketika siaran langsung untuk melaporkan persiapan pelantikan Joe Biden sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Selasa malam, 19 Januari 2021 waktu setempat atau Rabu siang (20/1) waktu Indonesia.

Yanri diusir dan diminta pindah lokasi oleh pasukan Garda Nasional karena lokasi di sekitar Capitol Hill sudah disterilkan dan warga yang tidak berkepentingan juga dilarang melintas.

Namun setelah berpindah, Yanri kembali diusir oleh tentara bersenjata lengkap.

Penjagaan ketat ini telah berlangsung beberapa hari jelang pelantikan presiden terpilih. Seluruh wilayah di Washington DC dijaga oleh puluhan ribu anggota Garda Nasional.

Washington DC Sepi Jelang Pelantikan

Pelantikan Presiden AS terpilih Joe Biden beserta Wakil Presiden Kamala Harris pada Rabu waktu setempat, diwarnai oleh sepinya jalanan Kota Washington dari kerumunan warga yang biasanya hadir mengibarkan bendera dan memadati pusat kota demi menyambut pemimpin baru mereka ke Gedung Putih.

Untuk pelantikan presiden tahun ini, yang diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19, kerumunan warga beralih di ruang-ruang virtual, sementara jalanan di Kota Washington dan di sekitar lokasi pelantikan, Gedung Kongres AS, Capitol, dipenuhi oleh puluhan ribu petugas keamanan dari Garda Nasional dan kepolisian. Tidak hanya itu, beberapa lokasi juga ditutup untuk umum dan dikelilingi pagar dari kawat berduri.

Setidaknya, ada lebih dari 25.000 anggota Garda Nasional yang dikerahkan membantu kepolisian mengamankan acara pelantikan presiden baru AS.

Ketatnya pengamanan jelang dan selama acara pelantikan dilakukan, setelah adanya kerusuhan massa pendukung Donald Trump di Capitol pada 6 Januari 2021. Akibat peristiwa itu, lima orang tewas dan satu di antaranya adalah seorang polisi yang bertugas di Capitol.

Beberapa pengamat keamanan di AS berpendapat acara pelantikan akan berjalan lancar dan bebas dari aksi ricuh, mengingat ketatnya pengamanan serta banyaknya petugas yang dikerahkan ke lokasi acara. Namun, kemungkinan adanya aksi rusuh dari individu tertentu masih ada, dan para pengamat melihat beberapa rencana serangan yang terorganisir mulai muncul ke permukaan.

Pasukan Garda Nasional, lengkap dengan senjata api, berjejer di belakang pagar kawat besi yang mengelilingi area luar kawasan pemerintahan di Capitol Hill untuk menjaga ketat wilayah ini.

Di tengah penjagaan ketat petugas, sekelompok pengunjuk rasa berdiri di luar pagar kawat. "Jika Joe Biden ingin membawa Amerika ke neraka, silakan saja!" kata salah satu demonstran.

Mantan analis terorisme dari Departemen Luar Negeri AS, Dennis Pluchinsky, mengatakan jika ada gangguan yang nantinya terjadi, itu tidak akan mempengaruhi jalannya upacara pelantikan presiden. "Tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk melukai Biden. Menurut saya, yang akan mereka lakukan hanya mengibarkan bendera dan mencoba mengacaukan acara pelantikan (dari jauh, Red)," kata Pluchinsky.

Badan Taman Nasional AS mengumumkan dua demonstrasi yang awalnya akan digelar di sepanjang rute parade, yaitu di antara Capitol dan Gedung Putih telah dibatalkan.

Sepinya Kota Washington dari kerumunan warga turut dipengaruhi oleh pandemi. Banyak orang yang memilih tidak keluar rumah agar tidak tertular COVID-19.

"Jujur, sedih melihat satu kota ini ditutup," kata mantan senator dari Partai Republik, Jeff Flake, saat baru tiba di Capitol untuk menghadiri acara pelantikan presiden dan wakil presiden AS.

Departemen Pertahanan AS dan Biro Investigasi Federal juga melakukan pemeriksaan mendalam terhadap seluruh tentara Garda Nasional yang bertugas mengawal acara pelantikan. Setidaknya, ada 12 tentara yang dibebastugaskan karena mereka dinilai dapat mengancam jalannya acara. (act)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:28
00:58
06:16
01:54
01:38
10:26
Viral