Potensi Hujan, BMKG: Tidak Hanya Sampai 3 Hari Kedepan, Namun Intensitasnya Cenderung Menurun

Sabtu, 20 Februari 2021 - 10:17 WIB

Jakarta – Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab mengatakan prakiraan intensitas curah hujan sedang hingga lebat di 23 Februari itu memang selama 24 jam, jadi perlu kewaspadaan terutama di selatan Jabodetabek. Perlu kewaspadaan banjir.

"Kalau dilihat jumlah curah hujannya kami melihat potensinya masih lebah bahkan sampai sangat lebat. Tapi tidak selebat 24 jam terakhir," ujar Fachri.

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sebagian besar wilayah Jabodetabek pada Jumat (19/2) dan Sabtu pagi (20/2), menyebabkan sejumlah wilayah terendam banjir.

Atas prediksi tersebut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap banjir karena berdasarkan prediksinya peningkatan intensitas hujan dari sedang ke lebat secara merata bisa terjadi di Jabodetabek pada 20, 23 dan 24 Februari 2021

Prediksi BMKG untuk Minggu (22/2), warna peta curah hujan sudah berubah menjadi hijau sangat muda yang artinya intensintasnya rendah. Namun di wilayah selatan mulai menua yang artinya mulai terbentuk curah hujan dengan intensitas ringan.

Pada Senin (23/2), ia mengatakan warna peta prediksi curah hujan berubah menjadi kuning kemerahan. Hal yang perlu diwaspadai kondisi tersebut hampir merata di seluruh Jabodetabek.

Penyebab Jakarta alami hujan ekstrem

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers daring di Jakarta, Sabtu, mengungkap empat penyebab wilayah Jakarta mengalami hujan ekstrem pada periode 19 sampai dengan 20 Februari 2021 hingga menimbulkan banjir.

“Curah hujan ekstrem terjadi dipengaruhi kondisi tanggal 18-19 Februari ada seruakan udara dari Asia yang signifikan menyebabkan peningakatan curah hujan di Indonesia bagian barat,” kata Dwikorita mengungkap penyebab pertama hujan ekstrem terjadi di beberapa wilayah Jakarta.

Kedua, ada pembelokan dan pertemuan angin dari arah utara yang kebetulan membelok tepat di Jabodetabek. Saat membelok, angin melambat sehingga ada pembentukan intensitas awan hujan yang kemudian terkondensasi menjadi hujan tinggi.

Bertemunya angin dari utara dengan angin dari arah Samudera Hindia sehingga terhalang untuk menerobos ke selatan, membuat angin membelok ke timur dan terjadi perlambatan tepat di atas Jabodetabek.

Perlambatan itu yang, menurut Dwikorita, menjadikan intensitas awan hujan akhirnya terkondensasi membentuk hujan.

Faktor ketiga yang menyebabkan hujan ekstrem di beberapa wilayah Jakarta dan hujan lebat hingga sangat lebat di wilayah Jabodetabek yakni adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara sebagian besar wilayah barat Jawa yang tinggi, sehingga mengakibatkan pembentukan awan hujan di Jabodetabek.

Terakhir, ia mengatakan terpantau adanya pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi sebagian besar di Pulau Jawa. Pusat tekanan rendah itu diperkirakan masih akan berlangsung hingga April mendatang.

“Jadi fenomena di Pulau Jawa, ada pertemuan angin itu dipengaruhi terbentuknya daerah tekanan rendah di Australia Utara yang membentuk pola konvergensi di Jawa dan berkontribusi menimbulkan awan hujan di sebagian Jawa dan Jabodetabek,” ujar Dwikorita (mii)

Lihat Juga: Waspada Cuaca Ekstrem Untuk Wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya | tvOne

 

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:16
09:06
09:00
01:35
02:53
03:01
Viral