Gresik, tvOnenews.com – Satreskrim Polres Gresik melakukan pemeriksaan terhadap enam orang pelaku dugaan kasus pengeroyokan saat kegiatan kenaikan sabuk di perguruan silat di wilayah Cerme Gresik, yang terjadi beberapa waktu lalu.
Adapun keenam tersangka yang diamankan dan tiga orang berusia di bawah umur, yakni berinisial AS (20), RM (20), ARG (15), S (19), HS (17), dan D (17). Keenam tersangka semuanya berasal dari Kecamatan Cerme, Gresik.
Kapolres Gresik AKBP Adhitya Panji Anom, melalui Kasatreskrim AKP Aldhino Prima Wirdhan mengatakan, saat kejadian para tersangka ini masing-masing berada di pos jaga saat korban menjalani tes kenaikan sabuk perguruan
"Sebanyak enam pelaku telah kami amankan usai mengeroyok korban yang sedang menjalani kenaikan sabuk," jelasnya.
Ditambahkan AKP Aldhino, proses penangkapan para pesilat dipimpin langsung Kanit Resmob Sat Reskrim Polres Gresik, Ipda Komang Andhika. Satu pelaku diamankan di wilayah Cerme. Kemudian polisi mengamankan para pelaku lainnya tanpa adanya perlawanan.
"Dari enam pelaku yang kami amankan, tiga diantaranya di bawah umur," jelas AKP Aldhino.
Akibat perbuatannya, saat ini keenam tersangka telah diamankan di Mapolres Gresik. Para tersangka pengeroyokan dijerat Pasal 170 KUHP, Pasal 351 KUHP.
Seperti dikabarkan sebelumnya, prosesi kenaikan sabuk perguruan silat di Kabupaten Gresik memakan korban jiwa. Korbannya adalah M Aditya Pratama (20) asal Desa Semampir, Kecamatan Cerme. Pemuda itu tidak sadarkan diri akibat diduga mengalami pengeroyokan saat tes kenaikan sabuk dan meninggal dunia setelah dua hari menjalani perawatan intensif di rumah sakit Ibnu Sina Gresik, Senin malam (9/10/2023).
Nampak suasana duka masih terlihat menyelimuti kediaman keluarga pemuda tersebut. Ngatrip (48) dan Suhartini (46) orang tua korban masih tidak percaya dan tak pernah menyangka putra semata wayangnya sudah tiada. Sanak saudara berdatangan mengucap bela sungkawa.
Ngatrip lalu bercerita, peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu malam (7/10). Tepatnya setelah salat Maghrib, sang anak berpamitan untuk pergi latihan kenaikan sabuk di daerah Kecamatan Cerme.
"Anak saya kan sabuk kuning mau naik sabuk biru, jadi pamit katanya ada tes," tuturnya, Selasa (10/10).
Saat itu seperti biasa Ngatrip tidak menaruh curiga atau prasangka buruk apapun. Namun sekitar pukul 01.30 WIB dini hari Minggu (8/10), teman-teman korban mendatangi rumah Ngatrip dan memberi tahu bahwa Aditya sudah tidak sadarkan diri dan dibawa ke Puskesmas Cerme.
"Setelah dikasih tahu teman-teman anak saya, saya langsung pergi ke puskesmas namun ternyata sudah dirujuk ke RSUD Ibnu Sina. Saya pun bergegas mengecek, anak saya sudah kondisi tidak sadarkan diri," cerita Ngatrip.
Di rumah sakit, Ngatrip mengaku ditanyai kronologi peristiwa yang menimpa anaknya. Akan tetapi Ngatrip mengaku tidak tahu-menahu. Bahkan, hingga saat ini dirinya dan keluarga juga belum tahu secara pasti apa sebenarnya yang terjadi pada Aditya Pratama.
"Sampai sekarang saya belum tahu kejadiannya, saya pasrahkan ke polisi dan pengacara. Informasinya para tersangka sudah diamankan, ada yang masih di bawah umur, masih sekolah. Jadi saya harap ini bisa diproses sesuai hukum yang berlaku. Agar tidak ada kejadian serupa," sambungnya.
Masih menurut Ngatrip, anaknya mengalami sejumlah luka di bagian kepala.
"Luka dalam. Dari hasil radiologi, kata dokter ada beberapa luka di bagian kepala. Ada di beberapa titik. Detak jantungnya normal, tapi ada luka dalam di kepala itu yang jadi penyebabnya," tukasnya.
Karena kondisi yang terus menurun, korban akhirnya mengembuskan nafas terakhir usai menjalani dua hari perawatan di RSUD Ibnu Sina.
"Setelah diautopsi, jenazah langsung kami makamkan, Selasa dini hari. Mohon doanya semoga khusnul khotimah," tutupnya. (mhb/hen)
Load more