Jakarta - Chair of B20 Indonesia, Shinta Kamdani, mengatakan jika sumber daya manusia yang berkualitas khususnya di bidang pendidikan, hanya bisa diperoleh melalui perencanaan yang matang. SDM di sektor ini akan memegang peran penting di masa mendatang. Hal itu ia ungkapkan saat webinar The Future of Work & Education Task Force (FOWE TF), yang merupakan Side Event B20 terkait dengan pendidikan dan peluang kerja di masa depan. Webinar berlangsung di Yogyakarta, Senin 15 Agustus 2022.
Menurutnya, perlu format pendidikan yang menghasilkan keterampilan praktis bagi masyarakat sehingga membuatnya tumbuh di tengah dinamika industri saat ini. Ia pun mengungkapkan jika FOWE TF telah merumuskan tiga rekomendasi kebijakan untuk dibawa dalam KTT G20 dan diharapkan bisa diimplementasikan oleh seluruh negara di dunia dalam rangka menjawab tantangan saat ini.
Rekomendasi pertama, kata Shinta, adalah penciptaan pekerjaan berkelanjutan yang mendorong penciptaan lapangan kerja pascapandemi dan selaras dengan sektor pekerjaan yang akan ada di masa depan.
“Rekomendasi kedua, pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan produktivitas dunia kerja. Skema ini untuk mengatasi kesenjangan keterampilan SDM dengan situasi dunia kerja serta mendorong pembelajaran seumur hidup agar kita terus meningkatkan kualitas hidup. Rekomendasi ketiga, adalah keterlibatan dan penyertaan. Langkah ini ingin memastikan semua masyarakat terlibat dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan secara bersama, tanpa ada diskriminasi pascapandemi,” ujar dia.
Hal ini termasuk dalam pentingnya mencari titik temu antara kurikulum instansi pendidikan dengan kebutuhan dunia industri di masa depan.
"Untuk merespons kebutuhan dunia kerja saat ini dan ke depan, kurikulum pendidikan berbasis STEM, khususnya untuk vokasi harus didorong. Ini sejalan dengan situasi dan kebutuhan SDM untuk industri di masa depan,” imbuh Shinta.
Lebih jauh ia mengatakan, perubahan lanskap bisnis yang cepat bisa membawa ancaman bagi dunia pendidikan berupa besarnya kesenjangan keahlian (skill mismatch) antara kebutuhan industri dan pendidikan. Ia berharap nantinya asosiasi atau industri dapat dilibatkan secara penuh untuk merumuskan kurikulum pendidikan. Acara sampingan ini selaras dengan tujuan Presidensi B20 Indonesia yang ingin meningkatkan kesadaran pentingnya pekerjaan dan pendidikan dalam mendorong pemulihan, pertumbuhan, dan transformasi ekonomi di masa depan.
Penguatan Kurikulum
Senada dengan Shinta, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid, mengatakan perlunya peran aktif pengusaha nasional dalam menyediakan pendidik dan infrastruktur yang memenuhi standar kompetensi kerja. Harapannya, dunia pendidikan mampu menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan dunia usaha.
Terlebih lagi pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi terus mendorong keterlibatan dunia usaha, termasuk KADIN Indonesia bersama kementerian dan lembaga diarahkan untuk menyelaraskan pendidikan dan pelatihan vokasi.
“Secara organisasi KADIN Indonesia terlibat untuk bisa melakukan perbaikan dalam pendidikan vokasi, termasuk menyelaraskan pendidikan dan pelatihan vokasi sehingga tenaga kerja memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan pada akhirnya dapat menekan pengangguran,” ujarnya.
Arsjad menyatakan tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi pada era revolusi industri 4.0. Apalagi saat ini adopsi digitalisasi perusahaan Indonesia baru sebesar 20 persen, sedangkan di negara lain seperti Singapura, Korea, dan Tiongkok sudah mencapai 40 persen.
Untuk itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah skill dengan cara reskilling atau upskilling.
“KADIN Indonesia bersama FOWE Task Force B20 berupaya untuk menutup kesenjangan akses pendidikan, terutama untuk kaum perempuan, dengan mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong sistem pendidikan dan pelatihan vokasi bersama dengan keterlibatan industri untuk mempersiapkan generasi muda dan tenaga kerja Indonesia yang unggul,” jelas Arsjad.(rul/chm)
Load more