Jakarta - Pemerintah telah memutuskan "Nusantara" menjadi nama ibu kota Negara (IKN) yang lokasinya berada di Kabupaten Penajam Paser Utara. Penetapan nama Nusantara dirilis secara resmi oleh Menteri PPN/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa pada Senin (17/1/2022).
Suharso memaparkan, Nusantara dinilai sudah dikenal sejak dulu dan menjadi iconic Indonesia di mata internasional. Nusantara juga menggambarkan wilayah geografis yang maritim di mana terdapat banyak pulau-pulau dan disatukan oleh lautan.
Dari situ pula, menurut Suharso, terungkap sebuah pengakuan kemajemukan geografis yang melandasi kemajemukan budaya etnis.
"Nusantara itu sebuah konsep kesatuan yang bersedia mengakomodasi kemajemukan itu dan Ibu Kota Indonesia dengn nama itu mengungkapkan," tambah Suharso.
Nama Nusantara terpilih dari 80 calon nama yang sebelumnya diajukan. Beberapa nama tersebut yang batal digunakan sebagai nama IKN diantaranya, Negara Jaya, Nusa Karya, Cakrawalapura, Nusantara Jaya dan Pertiwipura.
Untuk menentukan nama Ibu Kota Negara, pemerintah, kata Suharso, melibatkan sejumlah ahli sejarah dan ahli bahasa untuk menentukan nama ibu kota yang baru. "Kami panggil para ahli bahasa, ahli sejarah, kemudian mereka yang punya otoritas untuk memberikan knowledge kepada kami, para pakar itu, untuk memilih kata-kata yang paling tepat," ujar Suharso.
Sejarah Nama Nusantara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Nusantara merupakan sebutan atau nama bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
Kata Nusantara digunakan oleh Patih Gajah mada untuk menyebutkan daerah-daerah yang ditaklukan Kerajaan Majapahit. Seperti terdapat dalam sumpah palapa yang dibacakan Patih Gajah Mada pada tahun 1336.
“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.
Artinya: setelah tunduk Nusantara, aku akan beristirahat, Setelah tunduk Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah aku beristirahat.
Seiring runtuhnya Kerajaan Majapahit, istilah Nusantara pun lenyap.
Hingga pada abad ke-20, istilah Nusantara digunakan kembali sebagai alternatif dari Nederlandsch Oost-Indie atau Hindia Belanda, oleh tokoh Tiga Serangkai sekaligus pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara.
“Di sekolah ini aku bertemu dengan sahabat-sahabat dari Andalas, Sulawesi, Ambon, Timor, bahwa bukan hanya Pakualaman, tetapi seluruh Nusantara ini sedang menanti datangnya pembebas,” berikut isi surat Ki Hajar yang diperuntukan kepada R.A Suhartinah pada 2 Mei 1889, seperti dikutip J.B Sudarmanto dalam buku berjudul Politik Bermartabat. Ner
Load more