Jakarta - Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebutkan HP Brigadir J yang sebenarnya belum ditemukan.
Ada dugaan Irjen Ferdy Sambo yang meminta HP-HP tersebut diganti. Tidak hanya HP yang diganti dan tidak ada, rekam jejak digital HP juga tidak ada.
Salah satunya adalah grup WhatsApp. Dalam catatan Anam, ada tiga grup WhatsApp yang harusnya ada lalu menjadi tidak ada karena HP diganti.
Dia mengatakan hilangnya grup WhatsApp ini perlu dilacak.
"Tolong minta supaya HP-HP dihadirkan. Yang sudah disita polisi, minta raw material-nya. Dari situlah kami mendapat banyak hal. Termasuk komunikasi dengan Vera. Betul ada komunikasi ancaman pembunuhan seperti itu," katanya.
Anam memaparkan Brigadir J pernah menerima ancaman pembunuhan dari "Skuad" sebelum tewas tanggal 8 Juli 2022 lalu.
Ternyata, Skuad yang dimaksud adalah sopir dan asisten rumah tangga istri Irjen Ferdy Sambo, yaitu Kuat Ma'ruf.
"Kami ada informasi dan coba komunikasi dengan Vera, Yosua diancam dibunuh. Intinya betul tanggal 7 Juli 2022 malam memang ada ancaman pembunuhan,” paparnya.
Dia memaparkan Vera mengatakan kalau Yosua atau Brigadir J diancam oleh Skuad.
Anam mengaku pada awalnya dirinya dan timnya tidak mengetahui siapa itu Skuad. Setelah diselidiki, ternyata Skuad itu adalah Kuat Ma’ruf.
Anam menirukan pernyataan Vera, “Kurang lebih kalimatnya seperti ini: Yosua dilarang naik ke atas menemui Ibu P karena membuat Ibu P sakit. Kalau naik ke atas akan dibunuh”.
Saat ini, Kuat Ma’ruf sudah ditetapkan sebagai salah satu tersangka pembunuhan Brigadir J. Tersangka lainnya antara lain Irjen Ferdy Sambo, Bharada E, Brigadir RR dan Putri Candrawathi. (nsi)
Load more