Sleman, DIY - Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengungkap sosok yang tepat untuk dipilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan. Menurutnya, kriteria sosok tersebut harus memiliki kesatuan dengan Anies, layaknya Soekarno dan Hatta.
"Ini penting karena nanti yang akan memikul beban ya mas Anies sama wapresnya, karena itu chemistry atau kesatuan mereka seperti Bung Karno dengan Bung Hatta perlu kita berikan," kata Mardani kepada wartawan di kampus UII Yogyakarta, Selasa (7/2/2023).
"24 Februari PKS akan mendeklarasikan, tapi kalau perkembangan mengarah lebih cepat kita bisa lebih cepat," ujarnya.
Dijelaskan Mardani, hingga saat ini Koalisi Perubahan yang digawangi PKS, Nasdem, dan Demokrat semakin kuat dan matang. Selain itu, masing-masing partai juga diberi kebebasan untuk melakukan komunikasi politik dengan partai lain di luar koalisi.
Seperti hari ini, di mana para elit PKS menemui Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di kantor DPP Partai Golkar. Pertemuan itu disebut Mardani sebagai bagian dari komunikasi politik dengan partai lain.
"Temen-temen Nasdem kemarin bertemu Golkar, kita juga. Sebetulnya kalau PKS sama Golkar cukup lama komunikasinya gitu lho, bahkan intens sekali," ujarnya.
Menurut Mardani, dalam pertemuan itu PKS mencoba berkomunikasi dengan Golkar terkait wacana berkoalisi. Salah satunya mengajak partai beringin masuk dalam Koalisi Perubahan.
Namun tidak menutup kemungkinan jika partainya juga tertarik untuk bekerja sama dengan Golkar dalam beberapa bagian tertentu.
"Tapi tetap dalam kerangka Koalisi Perubahan mengusung mas Anies Baswedan (sebagai Capres) bersama Nasdem dan Demokrat," ujarnya.
Sebagai catatan, Partai Golkar sendiri sudah menjalin koalisi dengan PAN dan PPP dengan nama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Namun koalisi ini belum menentukan siapa tokoh yang akan diusung sebagai calon presiden 2024.
Meski demikian Mardani yakin segala kemungkinan masih bisa terjadi sebelum ada pendaftaran resmi terkait capres-cawapres ke KPU. Sehingga baik PKS, Nasdem, maupun Demokrat tetap mengambil posisi berkomunikasi dengan partai-partai lain.
"Kita tidak ingin jumawa, kita tidak ingin putus hubungan. Kalau pun nanti kita berbeda maka kita sudah saling paham posisi masing-masing, karena nanti kalau tiga atau empat (pasang) bisa akan ada dua putaran. Malau kita sudah komunikasi dari awal lebih mudah nyambungnya, kita kan mikirnya ke depan," pungkasnya. (Apo/Buz).
Load more