Jakarta, tvOnenews.com - Pendiri Nii crisis center Ken Setiawan mengatakan bahwa di Al zaytun santri yang NII dan non-NII memang dibedakan.
Ken bahkan mengatakan bahwa dirinya pernah mengantarkan santri yang akan pergi dugem di lokalisasi.
“Santri NII dan non-NII memang dibedakan. Saya sendiri saksi hidup. Saya pernah mengantar 16 santri dugem di tempat pelacuran terbesar di Indramayu disebut CI atau Cilegeng Indah. Bisa jadi itu oknum anak-anak nakal tapi itu fakta yang terjadi,” tutur Ken.
Di NII sendiri, menurut Ken, dalam teorinya Panji gumilang memang tidak menyampaikan untuk merampok atau mencuri tetapi harta di luar kelompok tersebut, termasuk harta orang tua merupakan harta kafir sehingga tidak apa-apa dicuri.
“Tahun 2000 hingga 2002 ketika saya masih di dalam setiap hari kerjaan kita merampok karena target kita kalau misal satu bulan harus bawa 10 miliar, dapatnya misal hanya 1 miliar itu gak berani pulang. Kalau pulang, lepas baju, dicambuk. Kalau belum berdarah belum berhenti,” ucap Ken.
Perintah tersebut menurut Ken datang dari “pejabat-pejabat” yang ada di dalam kelompok. Sama seperti negara dan pemerintahan, bahwa ada struktur kenegaraan di dalam NII termasuk lurah, RW, hingga RT.
Ken pun menambahkan, ketika dirinya masih ada di dalam NII, jika ada berita mengenai pembantu rumah tangga yang baru bekerja beberapa hari sudah menggasak harta majikannya, kemungkinan besar pelakunya adalah anggota NII.
Selain dengan modus menjadi pembantu dan gasak harta majikan, modus lainnya dari anggota NII untuk mendapatkan banyak uang adalah dengan mendirikan yayasan.(awy)