ADVERTISEMENT
Bandung, tvOnenews.com - Puluhan massa yang tergabung dalam Forum Santri Nusantara (FSN) Bandung Raya menggelar aksi demonstrasi di depan rumah anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya, di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/10/2025).
Aksi ini dipicu oleh pernyataan Atalia, yang juga istri mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, terkait penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membangun kembali Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur.
Dalam aksinya, para peserta demonstrasi menilai pernyataan Atalia tidak sensitif terhadap korban dan mencederai perasaan komunitas santri di seluruh Indonesia.
Mereka menuntut agar Atalia dipecat dari keanggotaan DPR RI serta meminta klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka.
Koordinator aksi, Ricky Ram dan Fadila, menilai pernyataan Atalia menunjukkan ketidakpekaan moral dan kegagalan memahami peran negara terhadap lembaga pendidikan agama.
Menurut mereka, dugaan pelanggaran di Pondok Pesantren Al-Khoziny tidak seharusnya digeneralisasi hingga mencoreng nama baik pesantren lain.
Forum Santri Nusantara Bandung Raya membawa lima tuntutan dalam aksi tersebut. Pertama, meminta Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto, untuk memecat Atalia Praratya dari keanggotaan DPR RI.
Kedua, mendesak Atalia melakukan klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka kepada publik dan komunitas pesantren di Indonesia.
Ketiga, menuntut Komisi VIII DPR RI menyusun kebijakan nasional keselamatan pesantren dengan melibatkan Kementerian Agama, Kementerian PUPR, dan BNPB.
Keempat, meminta pemerintah serta DPR memastikan hak-hak korban tragedi Al-Qazini terpenuhi, termasuk santunan, bantuan medis dan psikososial, serta beasiswa bagi santri yatim piatu. Kelima, mendesak pembangunan kembali fasilitas pesantren Al-Qazini.
Sebelumnya, Atalia dalam pernyataannya meminta pemerintah mengkaji ulang penggunaan dana APBN untuk memperbaiki fasilitas Pondok Pesantren Al-Khoziny dengan alasan bahwa dana publik harus digunakan secara adil dan transparan.
Ia juga menegaskan pentingnya penegakan hukum jika ditemukan unsur kelalaian dalam peristiwa tersebut.
Namun, Atalia menambahkan bahwa negara tetap berkewajiban melindungi santri dan keberlangsungan pendidikan keagamaan di Indonesia.
Aksi yang digelar di depan kediaman pribadi Atalia berlangsung tertib. Massa membubarkan diri setelah menyampaikan aspirasi, namun mereka mengancam akan kembali menggelar aksi dengan skala lebih besar jika tuntutan tidak direspons.