Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut bahwa pelaku bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, berasal dari kalangan milenial. BNPT menilai pengaruh radikalisme dan terorisme di kalangan generasi muda Indonesia sudah sangat memprihatinkan.
“Kita yakinkan bahwa peristiwa ini sebuah tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Apa yang dilakukan ini bukan karakter bangsa kita. Pengaruh paham radikalisme terorisme, yang hinggap di kalangan generasi muda, karena pelaku ini teridentifikasi kelahiran tahun 95,” kata Kepala bnpt, Komjen Pol Boy Rafli Amar, di Makassar, Senin (29/3).
Boy Rafli menjelaskan bahwa pasangan pelaku bom bunuh diri merupakan generasi milenial. “Inisial L dan istrinya, tentunya termasuk kalangan milenial, yang sudah menjadi ciri khas korban propaganda jaringan terorisme,” papar Boy saat meninjau lokasi.
Boy juga menjelaskan, pengaruh paham radikalisme di kalangan generasi muda sudah cukup memprihatinkan. Pengaruh paham radikalisme dan terorisme telah mengubah karakter generasi muda Indonesia yang seharusnya toleram terhadap perbedaan.
“Dapat saya katakan seperti jebakan batman bagi kalangan muda, karena pengaruh radikalismenya tidak tidak terasa tapi merubah perilaku, yang sejatinya bukan jati diri bangsa Indonesia. Kita dilahirkan sebagai bangsa yang toleran,” papar Boy.
Penggeledahan Rumah Teroris
Sementara itu, Densus 88 Anti Teror menggeledah rumah kos pelaku bom bunuh diri berinisial L yang ditinggali bersama istrinya di Jalan Tinumbu I Lr 132A, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Senin. Proses penggeledahan berlangsung sejak pukul 09.00 WITA.
Sejumlah kendaraan taktis milik Densus dan Inafis berada di lokasi setempat. Ada dua titik pengeledahan dilakukan aparat kepolisian bersenjata lengkap.
Satu di rumah kos pelaku RT/RW 003/001 nomor 15 dan telah digaris polisi, kemudian dilanjutkan di rumah orang tua pelaku yang berjarak 50 meter dari rumah kos bersangkutan.
Dari kos pelaku, polisi berhasil membawa sejumlah barang dibungkus kertas dalam kantong plastik sebagai barang bukti untuk dijadikan alat bukti pengungkapan kasus tersebut.
Sebelumnya, aksi bom bunuh diri dilakukan dua orang terduga teroris diduga pasangan suami istri (pasutri) di Gereja Katedral jalan Kajaolalido, Kelurahan Baru, Kota Makassar, Provinsi Sulsel sekitar pukul 10.30 Wita, Minggu (28/3).
Kejadian tersebut di sela pelaksanaan Ibadah Paska Misa Palman. Kapolri menyebut, dua pelaku meninggal dunia, salah seorang pelaku diketahui berinisial L, sedangkan satu lainnya masih diidentifikasi.
Jumlah korban pasca ledakan tersebut sebanyak 19 orang, lima orang diantara Satpam dan lainnya adalah jemaat. Untuk penanganan korban telah dipusatkan di Rumah Sakit Bhayangkara. Pelaku teror bom bunuh diri diketahui dari kelompok jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), meledakkan dirinya menggunakan jenis bom panci berkekuatan "high explosive". (ito/ant)
(Lihat Juga: Mahfud MD tegaskan pengeboman gereja katedral Makkasr adalah kejahatan serius)