"Terus kenapa dia (AS) ada upaya untuk membayar kerugian atas perbuatannya, tapi terus dia bunuh diri?, kan aneh," tegas Fridolin.
Sehingga, terkait kasus kematian ini, pihak keluarga pun meminta agar pihak Polda Sumut menelusuri asal usul cairan sianida yang digunakan oleh Bripka AS untuk mengakhiri hidupnya. Juga disebutkan pihak keluarga ikut meminta agar polisi dapat mengungkap penjelasan penyebab dari luka memar yang ada di bagian belakang kepala Bripka AS.
“Oke sebelumnya ada cairan sianida di lambung dan di TKP, yang di TKP sianidanya ada banyak, terus ada kotak dan plastik hitam seperti paket. Cuma, seharusnya kawan-kawan dari polisi bisa mengejar asal usul cairan Sianida diperoleh. Kalau memang ada dia beli, buka CCTV nya, benar nggak dia beli di situ," katanya.
Terakhir ia sampaikan agar aparat penegak hukum, dalam hal ini Polda Sumut segera mengusut tuntas dugaan keganjilan itu.
Sebelumnya, di pemberitaan sejumlah media, disebutkan jasad oknum Satlantas Polres Samosir bernama Bripka Arfan Saragih ditemukan tewas di tebing curam Dusun Simullop, Desa Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir oleh sesama polisi pada 6 Februari lalu.
Dari lokasi temuan mayat Bripka Arfan, Polisi menemukan sebuah botol fanta berwarna keruh yang diduga telah dicampur dengan racun sianida dan botol diduga berisi serbuk racun.
Kemudian, pada jarak 80 centimeter dari tubuh korban ditemukan tas berwarna hitam merek Asus yang di dalamya terdapat 19 BPKB dan 25 STNK. Di samping tas ditemukan plastik tulisan Indomaret yang berisikan 1 gulungan tali nilon berwarna biru. (Ysa/Nof)
Load more