Kabar tersebut sudah menyebar sejak Jumat (26/1/2024) lalu. Akan tetapi, Sandi mengaku baru bertemu dengan para penggagas petisi Selasa (30/1/2024) siang atau sehari sebelum acara terlaksana.
Sandi mengatakan, kegiatan pembicaan petisi tersebut juga diketahui oleh Rektor UGM, Ova Emilia. Namun saat petisi dibacakan, yang bersangkutan sedang menghadiri acara di Jakarta.
"Semua yang dilakukan di UGM pasti diketahui oleh Rektor. Bu rektor tahu. Tetapi pada saat yang sama, bu rektor harus menghadiri pertemuan Kagama di Jakarta," kata Sandi ditemui, Jumat (2/2/2024).
Kendati demikian, Sandi menyebut, pembacaan petisi bagian dari elemen UGM seperti guru besar, dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan dan alumni bukan secara kelembagaan. Sebab, jika secara kelembagaan harus lewat proses institusional ada senat akademik, dewan guru besar, Majelis Wali Amanat (MWA) dan pimpinan universitas di dalamnya ada rektor. Belum lagi bagian dekan.
UGM, kata Sandi, mewadahi aspirasi dan kegundahan elemen-elemen tersebut.
"Saat ditanya apakah secara kelembagaan, yang bisa saya jawab secara formal itu belum dibahas kelembagaan. Tetapi kalau dikatakan apakah UGM lepas tangan? Tidak. Wong ini elemen kami kok. Gak mungkin ada UGM kalau gak ada dosen begitupun dengan teman-teman mahasiswa. Alumni yang care banyak sekali yang datang," terang Sandi.
Ditanya terkait bagaimana jika usai pembacaan petisi mencuat tuduhan UGM condong ke paslon yang bertentangan dengan Jokowi, Kepala Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Agus Wahyudi menyerahkan penilaian itu kepada publik.
Load more