Gunung Merapi Dua Kali Luncurkan Awan Panas Guguran pada Senin Dini Hari
- Tim tvOne - Nuryanto
Yogyakarta, tvOnenews.com - Aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah dilaporkan masih tinggi.
Berdasarkan laporan dari Badan Geologi dan MAGMA-VAR, telah terjadi dua kali awan panas guguran (APG) pada dini hari ini, Senin (3/11/2025).
Dua kejadian awan panas guguran teramati dalam periode pengamatan 00:00 - 06:00 WIB, dengan rincian Awan Panas Guguran meluncur pukul 00:31 WIB, dengan Estimasi jarak luncur mencapai 1.500 meter ke arah Barat Daya.
Disusul pukul 00:37 WIB dengan estimasi jarak luncur mencapai 1.200 meter ke arah Barat Daya.
Kepala Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso menjelaskan Awan panas guguran ini teramati mengarah ke Kali Krasak, dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter.
"Selain itu, teramati juga tiga kali guguran lava dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah Kali Krasak," ungkapnya.
Saat ini, Tingkat Aktivitas Gunung Merapi tetap berada pada Level III (Siaga), status yang telah berlaku sejak 5 November 2020.
Kepada masyarakat, Badan Geologi dan BPPTKG menegaskan untuk tetap mematuhi rekomendasi berikut Potensi Bahaya.
"Masyarakat dilarang melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran (APG) pada sektor selatan-barat daya (termasuk Sungai Boyong hingga 5 km, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga maksimal 7 km). Sektor tenggara meliputi Sungai Woro hingga 3 km dan Sungai Gendol hingga 5 km," jelas Budi.
Selain itu, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi, serta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.
"Data pemantauan menunjukkan bahwa suplai magma ke permukaan masih berlangsung, yang berpotensi memicu awan panas guguran lebih lanjut di dalam daerah potensi bahaya," pungkas Budi. (nur/buz)
Load more