Duh! Pelajar di Gunungkidul Jadi Korban Kekerasan Gara-gara Dipaksa Mengaku Maling Gas Elpiji

Gunungkidul, DI Yogyakarta – Seorang remaja berinisial YTL (15) asal Padukuhan Ngrombo II, Kelurahan Karangmojo, Kapanewon Karangmojo, Gunungkidul diduga mengalami tindakan penganiayaan dan persekusi.

Dia dipaksa mengaku sebagai pelaku pencurian tabung gas Elpiji.

Orang tua korban, Ribut Jemani (47), mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada hari Senin (20/6/2022) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB.

Saat itu, anaknya dijemput oleh temannya di Masjid Nurul Huda, Padukuhan Susukan IV, Kelurahan Genjahan, Kapanewon Ponjong dan mengajaknya pergi dengan dalih menemani membeli bensin.

Korban menuruti permintaan dari temannya tersebut. Bukan menuju tempat yang dimaksud, korban yang masih berstatus sebagai pelajar kelas 1 SMP ini justru dibawa ke rumah salah satu warga dimana di tempat itu sudah ada beberapa orang yang menunggu.

"Jadi anak saya dalam kondisi tertekan dipaksa untuk mengaku mencuri tabung gas Elpiji di sebuah warung. Anak saya sempat mendapatkan perlakuan kekerasan sampai hidung dan bibir terluka," ujarnya, Rabu (22/06/2022).

Dalam kondisi terluka, YTL dibawa ke Polsek Ponjong. Saat dimintai keterangan oleh polisi, korban terpaksa mengaku karena tak tahan dengan intimidasi dan penganiayaan yang dilakukan meski tidak merasa melakukan pencurian.

"Anak saya diviralkan dibilang maling. Anak saya bukan maling karena tidak terbukti dan kesannya dipaksa. Harapannya aparat penegak hukum bisa mengawal dan memproses perkara ini sampai tuntas,” tandas Ribut.

Tidak terima anaknya dianiaya, orang tua korban melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gunungkidul.

Saat dikonfirmasi, Kanit Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (KA SPKT) Polres Gunungkidul Ipda Mat Ridwan membenarkan pihaknya menerima laporan dari pihak keluarga korban.

"Benar bahwa kami dari SPKT Polres Gunungkidul telah menerima laporan dari Ribut Jemani selaku orang tua korban. Saat ini, kasus tersebut sudah kami teruskan ke Unit Reskrim Polres Gunungkidul untuk proses lebih lanjut," katanya. (ldhp/nsi)