Myanmar Memanas! Polisi Tembak Demonstrasi Untuk Membubarkan Unjuk Rasa | tvOne

Rabu, 3 Maret 2021 - 08:53 WIB

Jakarta - Kondisi memanas karena aksi demonstran masih berlanjut di Kota Yangon, Myanmar. 

Kepolisian Myanmar menggunakan tembakan untuk menumpas ribuan demonstran yang turun ke jalan. Suasana tampak ricuh dan para demonstran pun berhamburan sambil melepaskan tembakan.

Tak hanya tembakan gas air mata, kepolisian Myanmar bahkan menggunakan tembakan api untuk membubarkan ribuan demonstran unjuk rasa yang turun ke jalan. Terdengar berkali-kali pihak kepolisian melepaskan tembakan.

Dengan melepas tembakan, polisi juga melakukan pengejaran dan menangkap pengunjuk rasa. Beberapa diantaranya yang di tangkap polisi adalah para demonstran berjenis kelamin perempuan. 

Sebagian demonstran tetap bertahan dan melakukan upaya pembalasan dengan membentuk barikade. Mereka pun melanjutkan aksi protes atau unjuk rasa untuk mengecam berdirinya pemerintahan militer di Myanmar.

Hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  menyebutkan setidaknya 18 orang tewas saat petugas keamanan menggunakan tembakan untuk membubarkan pengunjuk rasa. 

Sementara itu puluhan lainnya luka-luka akibat tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap demonstran yang memprotes kudeta militer 1 Februari.

Sejumlah korban tewas pun dilaporkan bahwa telah dimakamkan. Anggota militer Myanmar telah meningkatkan operasi mereka untuk menghentikan unjuk rasa dalam sepekan ini.

Mengacu pada pernyataan yang dikutip Rabu, ASEAN menyatakan keprihatinan atas situasi di Myanmar dan meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak melakukan kekerasan lebih lanjut.

ASEAN juga menyampaikan kesiapannya untuk membantu Myanmar secara positif, damai, dan konstruktif. Militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi, atas tuduhan kecurangan dalam pemilu November tahun lalu. Suu Kyi dan sejumlah pimpinan partai pemenang, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), ditahan sampai saat ini.

Kudeta itu telah memicu unjuk rasa oleh berbagai lapisan masyarakat di Myanmar, yang menentang kekuasaan militer dan menuntut pengembalian kekuasaan kepada pemerintah sipil. Belakangan, unjuk rasa damai berubah menjadi kerusuhan karena penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan setempat.

Berdasarkan laporan Reuters, sedikitnya 21 pengunjuk rasa telah tewas sejak kerusuhan dimulai sebulan lalu, sedangkan pihak tentara mengatakan satu polisi tewas.

Negara tetangga Myanmar seperti Indonesia dan Singapura telah menyerukan penghentian kekerasan dan penyelesaian krisis melalui dialog, serta pembebasan para tahanan politik. Namun, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menekankan bahwa “pilihan ada di tangan masing-masing anggota ASEAN”.

“It takes two to tango. Keinginan dan niat baik ASEAN untuk membantu tidak dapat dijalankan jika Myanmar tidak membuka pintu bagi ASEAN,” ujar Retno dalam pengarahan pers usai pertemuan para menlu ASEAN, yang juga dihadiri oleh menteri yang ditunjuk militer Myanmar Wunna Maung Lwin. (adh)

 

Lihat juga: Indonesia Kecam Kekerasan MIliter di Myanmar

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:13
03:09
01:56
01:27
00:49
01:46
Viral