- Antara
Perkenalkan Amel, Wanita Pertama di Dunia Bergelar Doktor Konservasi Bekantan
Jakarta - Perjuangan Amalia Rezeki lebih dari 10 tahun dalam penyelamatan bekantan, primata endemik Kalimantan, kembali menorehkan tinta emas.
Amel, sapaan akrab pendiri Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), baru saja meraih gelar doktor di bidang konservasi bekantan di Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Amel mengikuti ujian akhir studi S3 Pascasarjana ULM dan dinyatakan lulus dengan sangat memuaskan dengan disertasi berjudul “Strategi Pengelolaan Habitat Bekantan di Luar Kawasan Konservasi dalam Upaya Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus). (Studi Kasus Pengelolaan Habitat Bekantan di Kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan).
Adapun promotornya Prof. Gusti Muhammad Hatta, Prof. Yudi Firmanul Arifin, dan Dr. Rizmi Yunita.
Bertindak selaku penguji adalah Dr. Bambang Joko Priatmadi, Muhammad Syahdan, Dr. Abdi Fithria dari ULM, serta penguji tamu Prof. Hadi Sukadi Alikodra, guru besar konservasi dan peneliti senior bekantan dari Institut Pertanian Bogor.
Usai dinyatakan lulus, Amel dinobatkan sebagai wanita pertama di dunia bergelar doktor konservasi bekantan.
"Alhamdulillah, gelar doktor ini saya persembahkan untuk semua orang yang peduli terhadap pelestarian bekantan dan habitatnya," katanya.
Sejak 2016, dosen Pendidikan Biologi FKIP ULM ini mendedikasikan hidupnya untuk upaya penyelamatan bekantan yang berstatus terancam punah Endangered oleh organisasi perlindungan lingkungan terbesar di dunia yaitu International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan termasuk satwa dilindungi Pemerintah RI.
Berawal ketika menemukan Pulau Curiak yang dihuni sekitar 14 individu bekantan hingga Amel tertarik untuk melakukan penelitian di pulau kecil yang waktu itu hanya seluas 2,7 hektare.