Pedagang gorengan di Banyumanik, Semarang.
Sumber :
  • Teguh Joko Sutrisno

Jibaku Pedagang Gorengan di Semarang: Bertahan di Tengah Mahalnya Minyak Goreng

Jumat, 11 Maret 2022 - 09:13 WIB

Semarang, Jawa Tengah - Minyak goreng masih saja sulit didapatkan di Kota Semarang. Jangankan yang harganya murah, yang dijual mahal pun stoknya sangat terbatas. Hal itu menjadi PR bagi pedagang gorengan untuk memutar otak dan memeras keringat. Mencari cara agar bisa bertahan dengan harga gorengan yang sama demi mempertahankan pelanggan.

Seperti Bu Atik (40), pedagang gorengan di Jalan Karangrejo Banyumanik, Semarang. Ia mengaku sempat menaikkan harga yang awalnya 5 ribu rupiah dapat lima biji, menjadi 5 ribu rupiah dapat empat biji. Ternyata itu berimbas sekali karena para pembelinya pindah ke pedagang lain yang masih bertahan dengan harga lama.

"Ya mau nggak mau balik ke harga semula, wong jadinya tiap hari gorengannya sisa, njuk mau diapakan, dimakan sendiri? Ya nggak habis juga," kata Bu Atik kepada tvonenews, Jumat (11/3/2022).

Ia pun bercerita, hampir setiap hari keliling untuk mencari minyak goreng murah. Kadang di pasar kadang di supermarket. Tapi itu juga untung-untungan. Kadang sekali masuk ada stok, kadang harus berputar di beberapa toko baru dapat.

"Kalau di minimarket itu banyak kosongnya, bahkan pernah sampai lima minimarket saya masuki ya nggak dapat minyak goreng. Terus ke supermarket agak besar, baru sorenya itu pas ada stok datang ya bisa dapat. Itu juga maksimal dua kemasan isi 2 liter dengan harga 14 ribu per liternya," jelasnya.

Ia mengaku memilih beli di minimarket atau di supermarket karena harganya seperti yang ditetapkan yaitu 14 ribu per liter.

"Kalau di pasar itu hanya toko besar atau grosir yang jual harga segitu. Dan itu pun harus antre, kadang harus beli paketan dengan barang lain baru bisa beli minyak goreng," ungkapnya.

Kata Bu Atik, tak hanya minyak goreng yang naik sekarang, harga bumbu goreng dan tepung juga ikutan naik. Tentu itu mempengaruhi ongkos produksi.

"Harga bawang dan lombok rawit itu lagi mundak (naik). Sama tepung terigu itu yang awalnya tujuh ribu per kilo sekarang sudah jadi delapan ribu lima ratus," rincinya.

Meski begitu ia tetap menjual gorengannya dengan harga sama. Sempat terpikir olehnya untuk mengurangi ukuran gorengan, tapi itu belum ia lakukan dan memilih tetap bertahan dengan risiko keuntungannya berkurang.

"Namanya rezeki itu sudah ada yang ngatur, semoga nanti harganya bisa normal dan keuntungan usaha bisa kembali lagi," harapnya. (Teguh Joko Sutrisno/act)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:03
01:19
10:33
08:48
02:40
03:11
Viral