Ilustrasi Influencer.
Sumber :
  • ANTARA

Mengenal "Nano Influencer" dan Perannya dalam Pemasaran Produk

Sabtu, 9 April 2022 - 15:31 WIB

Jakarta - Tidak semua pemengaruh, influencers, memiliki banyak pengikut di sosial medianya, beberapa di antaranya hanyalah salah satu dari anggota keluarga bahkan teman dekat audiens dengan skala pengikut yang lebih kecil.

Meski demikian, para pemengaruh dengan followers kecil ini kadang bisa lebih dipercaya karena sifatnya yang lebih "membumi", lebih masuk akal untuk diikuti saran-saran atau gayanya oleh orang-orang kebanyakan.

Para pemilik brand dan pemasar perlu mempertimbangkan bekerjasama dengan influencers tipe ini atau biasa disebut sebagai nano influencers untuk memperkuat jangkauan konsumen secara lokal dan ceruk yang spesifik.\

"Definisi nano influencers sebenarnya bukan cuma bicara tentang ukuran audiens followers saja, melainkan lebih bicara tentang seberapa besar pengaruh di spesifik area," kata Yosua Omimaru, CEO dari LEMON Influencers Platform dalam keterangannya pada Sabtu (9/4/2022).

Mungkin sedikit kontradiktif dengan yang sering terdengar, influencer marketing tidak melulu tentang jumlah followers tinggi. Walaupun jangkauan yang dihasilkan kecil, nano influencers memiliki tingkat keterlibatan tinggi yang ditunjukkan dalam besarnya engagement rate.

"Dari segi teknis nano influencers merupakan mereka yang memiliki jumlah followers kurang dari 10.000,” ujar Ayumu Niwa, COO LEMON Influencer Japan.

Yosua sendiri beranggapan jika nano influencers bisa dimulai dari dari 20 ribu hingga 30 ribu followers, untuk kemudian bisa terus melonjak berkembang.

"Saat ini, untuk ukuran 10.000 followers terdengar sangat kecil. Namun, kita percaya, dengan terus melonjaknya perkembangan influencer, kategori nano bisa saja mulai dari 20.000 atau 30.000 followers," tambah Yosua.

Kategori influencer paling pemula ini juga dikatakan sangat berpengaruh terhadap bagaimana audiens melihat sebuah produk. Mega-macro memang bisa menjangkau dengan luas dan membuat produk menjadi sangat kredibel.

"Kita sebagai audiens tahu adanya produk baru dari post influencer mega dulu, tapi karena mereka sangat popular, ordinary people terkadang merasa tidak bisa meniru gaya mereka. Sedangkan nano lebih dekat dengan ordinary people, sehingga audiens lebih merasa relate dan mudah meniru," ujar Ayumu Niwa.

"Nano Influencer" Kian Digemari Brand

Ini yang menjadikan alasan kenapa brand dan pemasar yang menginginkan hasil maksimal perlu bekerjasama dan nano influencers dalam sebuah campaign.

Jangkauan yang rendah tidak menjadikan hal tersebut sebagai kekurangan dari seorang nano. Namun, lihat kedekatan yang dibangun olah nano influencers sebagai bumbu yang membuat mereka efektif.

"Di era yang penuh dengan periklanan, konsumen dibombardir oleh banyaknya berbagai kegiatan pemasaran. Mulai dari iklan hingga konten, mereka dibuat tidak lagi peka terhadap call to action yang diberikan. Belum lagi, audiens punya gap dengan mega selebriti. Di situlah nano influencers masuk mengisi kekosongan. Mereka mudah untuk dihubungkan. Mereka tidak lahir rupawan dan kaya. Ceritanya bisa dipercaya."

"Suggestion yang diberikan pun tidak keluar dari seorang influencer, melainkan seorang teman," tambah Yosua.

Namun, bekerja dengan nano lebih sulit dibandingkan dengan selebriti. Hanya dengan menghubungi managernya, rate card dan brief dapat langsung diatur dan dikelola.

"Brand dapat bekerja langsung dan direct oleh mega. Tapi, nano, brand membutuhkan ribuan hingga ratusan untuk impact lebih. Bayangkan jika mengelola sekian banyak nano secara manual? Kontak satu per satu, kirim brief, cek draft dan kirim barang. Berapa banyak waktu yang dibuang?"(ant/put)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:54
01:38
01:06
02:40
02:12
02:15
Viral