"Kita bisa melihat riuh di X (Twitter) hanya menyasar netizen lama atau senior yang lebih konvensional dan memiliki kepentingan sosial atau politik. Mereka asyik bermain dengan warga X yang terkesan itu-itu saja," jelasnya.
Oleh karena hal tersebut, Adrian menilai bahwa TikTok sangatlah layak untuk diperhitungkan sebagai referensi politik di tanah air.
"Masyarakat Indonesia kini lebih cerdas dalam memahami politik. Ketika media arus utama seperti TV dan media daring banyak terkotak-kotak dari kepemilikan media yang berpihak pada pihak tertentu, dan media sosial (Instagram, Twitter/X, Facebook, YouTube) umumnya menjadikan followers (pengikut) sebagai saluran distribusi konten, dan atau dari Link (tautan) yang dibagikan, tapi tidak dengan TikTok dan atau platform berbasis short-from video (video pendek)," jelasnya.
Puspenpol menjelaskan bahwa TikTok memiliki algoritma yang unik.
"Produksi dan distribusi konten UGC menggunakan akun Non-OA, akun fanbase, akun pendukung politik, menjadi game changer Pemilu 2024, karena terjadi dengan alamiah, unik, variatif, dan terutama didominasi oleh konten organik," paparnya.
Adrian menjelaskan bahwa Pilpres dan Pileg tahun ini menjadi ‘Game Changer’ perpolitikan Indonesia dan akan mengubah total cara pandang masyarakat terhadap politik di masa depan.
“Kita lihat bagaimana serangan konten dan propaganda masif pada masa tenang ini tidak mengubah pandangan masyarakat terutama di TikTok," imbuhnya.(lpk)
Load more