Karena tidak pernah bertunas lagi, kebun cengkeh milik Hendrik dibiarkan terlantar tanpa perawatan. Hanya sesekali saja ia datang untuk mengecek jika mungkin ada pohon cengkeh yang tumbang atau jika terjadi hujan lebat dan angin kencang.
Untuk membiayai anaknya yang masih kuliah di sebuah universitas di Jakarta, Hendrik pun berusaha merajut usaha kecil-kecilan di desanya dan hanya bermodal uang hasil pinjaman bank.
"Coba tanya, hampir semua orang di Desa Wewo berutang di koperasi dan bank. Kebun cengkeh yang bersertifikat jadi agunan. Untuk membayar bulanan pinjaman itu ya kerja apa saja sambil berharap tahun depan bisa panen cengkeh dan bisa melunasi utang-utang itu,” beber Hendrikus.
Kondisi serupa juga dialami oleh Maria Sinta. Seorang janda 48 tahun yang ditinggal mati suaminya. Ia mengaku tidak pernah merasakan nikmatnya petik cengkeh sejak tahun 2018 lalu.
Jika pohon cengkeh sebanyak 100 pohon miliknya masih berbuah, mungkin Maria dapat menyekolahkan ke lima anaknya.
Akibat dari cengkeh-cengkeh di kebunnya yang tidak berbuah sama sekali dalam empat tahun berturut-turut membuat ia tidak bisa menguliahkan dua orang anaknya yang sudah lulus SMA.
“Jangankan ngomong kuliah anak, untuk makan sehari-hari saja susah. Dua anak saya sudah tamat SMA. Masih tiga yang duduk di SMP dan SD. Entah bagaimana nasib ke depan ini ya kami pasrah saja. Kami berharap semoga cengkeh bisa berbuah lagi tahun depan,” ujarnya.
Load more